Lawan Kotak Kosong atau Cagub Boneka, Demokrasi di Jakarta di Ujung Tanduk

Demokrasi di Jakarta sedang diujung tanduk. Pasalanya, Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI hampir dipastikan hanya melawan kotak kosong atau calon boneka.

Kemunculan Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus berdampak buruk. PKS, NasDem dan PKB yang lebih dulu menyatakan dukungan kepada Anies Baswedan kini terancam gagal mengusung mantan gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

Pengamat politik nasional Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menyatakan, jika rencana KIM plus terwujud dipastikan Anies Baswedan tidak akan mendapatkan tiket dari partai politik.

“Anies memiliki elektabilitas tertinggi bisa tidak berlayar, bisa tidak nyalon gubernur Jakarta 2024,” kata Ujang di Jakarta, Jumat (9/8).

Menurutnya, PKS, NasDem dan PKB benar-benar bergabung dengan KIM plus hanya tinggal PDIP sendiri sebagai partai di luar KIM. Namun, situasi sulit tetap tidak bisa diatasi karena suara PDIP tidak cukup untuk mengusung calon gubernur dan wakil gubernur sendiri.

“Strategi koalisi gemuk, memborong partai membuktikan bahwa ada dorongan kuat untuk melawan kotak kosong karena Anies gagal berlayar,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, skema melawan kotak kosong tidak baik bagi demokrasi Indonesia, khususnya di Jakarta. Sebab, jika itu terjadi warga Jakarta hanya akan disuguhkan dengan satu pilihan tanpa ada pembelajaran.

“Kompetisi yang sehat itu menghadirkan kompetitor yaitu ada calon lain dan warga Jakarta harus diberikan banyak pilihan,” pungkasnya.

Pilkada Jakarta 2024 menjadi tidak sehat, lanjut dia, karena warga Jakarta hanya akan disodorkan kotak kosong yang tidak memiliki dampak positif bagi kemajuan kota.

“Yang namanya kotak kosong itu tidak memiliki visi-misi, tidak punya program dan janji-janji. Tidak ada gagasan untuk Jakarta lebih baik,” tambahnya.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini