Presiden Prabowo Subianto diminta membubarkan Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) karena membuat arah kerja lembaga tidak fokus pada pengembangan riset dan inovasi nasional.
“BRIN yang seharusnya menjadi lembaga penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbangjirap) riset dan inovasi nasional kini merambah bicara soal ideologi dan moderasi beragama,” kata Pembina Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Mulyanto, dalam keterangannya, Jumat (6/12).
Oleh karena itu, kata Mulyanto, wajar bila Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan mengeluhkan peran BRIN yang tidak maksimal dalam membantu upaya swasembada pangan.
Menurut Zulhas, BRIN tidak fokus pada inovasi penyediaan bibit unggul dalam mencapai swasembada pangan, malah bicara soal moderasi beragama. Sementara, sejak Balitbangtan dilebur ke dalam BRIN, Kementerian Pertanian tidak boleh lagi melakukan riset.
“BRIN harusnya fokus pada riset Iptek bukan berwacana terkait ideologi Pancasila atau moderasi beragama,” tegas Mulyanto.
Sekretaris Kementerian Riset dan Teknologi era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini menyebut kini saatnya riset dan inovasi kembali ke jalan yang lurus, tidak dipolitisasi.
Mulyanto minta pemerintah menguatkan kelembagaan Iptek dan menempatkan BRIN di bawah koordinasi menteri terkait Iptek.
“Jangan mengawang-ngawang tidak jelas koordinasinya. Peneliti sudah berteriak soal ini sejak lama,” tuturnya.
Mereka, kata Mulyanto, mengeluhkan SDM menumpuk, organisasi gemuk, peralatan dan ruang kerja terbatas, sementara anggaran riset menciut dari sekitar Rp 24 triliun menjadi hanya Rp 6 triliun. Ini pun masih harus dipotong automatic adjusment anggaran.
“Jadi sangat wajar kalau terjadi kemacetan di bidang riset dan inovası akhir-akhir ini. Dampaknya sudah mulai terasa,” pungkasnya