Citra Polri, yang diusung tagline Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan), tak jarang menjadi sorotan tajam media. Banyak kalangan menganggapnya sebagai sekadar jargon kosong, sementara beberapa media bahkan menyebutnya sebagai program perbaikan palsu yang jauh dari realitas.
Program transformasi yang digadang-gadang menjadi tonggak perubahan dalam pelayanan publik ini pun banyak disambut skeptis, bahkan diwarnai tudingan reformasi di tubuh Polri hanya isapan jempol belaka.
Di balik kritik tersebut, ada juga apresiasi terhadap langkah-langkah yang dilakukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Upayanya untuk menegakkan kedisiplinan di kalangan internal Polri serta memberikan penghargaan kepada anggota yang berprestasi menuai respons positif.
Ia juga tegas dalam menindak anggota yang melanggar, memperlihatkan keseriusannya dalam membangun citra Polri yang lebih humanis dan profesional.
Namun, tantangan besar tetap datang dari beberapa insiden yang melibatkan Polri, seperti kasus besar Ferdy Sambo. Meskipun pada awalnya kasus tersebut mendapat sorotan negatif, tindakan transparan dalam penegakan hukum terhadap kasus tersebut justru mendapatkan simpati publik. Ini menunjukkan adanya upaya dari Polri untuk memperbaiki citranya melalui transparansi dan akuntabilitas.
Pers memiliki peran penting dalam melakukan kontrol dan pengawasan terhadap kinerja Polri. Sebagai pilar keempat demokrasi dan “watchdog” kekuasaan, media harus terus menjalankan fungsi kontrol dengan mematuhi prinsip-prinsip jurnalisme presisi yang mengedepankan data, objektivitas, dan akurasi.
Fungsi ini, sebagaimana diutarakan dalam buku Polri di Tengah Pusaran Media karya Ali Sodikin & Qusyaini Hasan, sangat penting dalam memantau jalannya transformasi Polri yang tengah berjalan.
Buku ini secara mendalam membahas strategi komunikasi Kapolri Jenderal Listyo Sigit dalam menghadapi tantangan politik dan turbulensi media. Salah satunya melalui konsep Presisi, yang berfokus pada prediktivitas, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan, serta bagaimana kebijakan ini diterima dan dikritisi oleh media dan publik.
Buku Polri di Tengah Pusaran Media ini juga menganalisis bagaimana media mempengaruhi citra Polri, terutama dalam kasus-kasus besar yang menurunkan kepercayaan publik terhadap institusi ini.
Secara keseluruhan, buku ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan yang dinamis antara Polri, media, dan publik. Di tengah beragam tantangan dan kritik, Polri berusaha membangun persepsi positif melalui pendekatan komunikasi yang transparan, sekaligus menjaga legitimasi institusinya di mata masyarakat.