Intime – PT Kereta Api Indonesia (KAI) Group memperingati 100 tahun beroperasinya Kereta Rel Listrik (KRL) di Indonesia, menandai komitmennya sebagai tulang punggung transportasi publik nasional yang modern, aman, dan ramah lingkungan.
Peringatan satu abad KRL ini menjadi momen refleksi atas perjalanan panjang moda transportasi massal berbasis rel di Tanah Air. Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo, menyatakan bahwa Commuter Line telah menjadi bagian penting dalam mobilitas masyarakat urban dan regional.
“Commuter Line telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. KAI Group senantiasa bertransformasi untuk menjawab dinamika mobilitas urban dan regional yang semakin kompleks, serta mendukung visi pembangunan nasional menuju sistem transportasi yang berkelanjutan,” kata Didiek di Jakarta, Rabu (23/4).
Sebagai bagian dari rangkaian perayaan, anak usaha KAI, KAI Commuter, menggelar Parade KRL Vintage bertajuk “100 Years of KRL: The Everlasting Urban Transport”. Parade ini menampilkan berbagai armada legendaris seperti KRL Tokyu 8500, ESS 3200, dan Joko Kendil, hingga generasi terbaru yang mencerminkan masa depan transportasi urban.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, mengungkapkan bahwa sejarah KRL di Indonesia dimulai pada 6 April 1925 oleh Staats Spoorwegen, di lintas Tanjungpriok–Meester Cornelis (kini Jatinegara). Kini, layanan Commuter Line telah berkembang melayani wilayah Jabodetabek, Yogyakarta, Palur, Bandung, hingga Surabaya.
“Commuter Line kini telah menjadi urat nadi mobilitas masyarakat di wilayah metropolitan dan aglomerasi. Layanan ini memperkuat konektivitas antarkota serta mendukung terwujudnya kawasan perkotaan yang terintegrasi dan berorientasi lingkungan,” ujar Anne.
Sepanjang 2024, jumlah pengguna Commuter Line tercatat 374,49 juta penumpang, naik 12,8% dibanding tahun sebelumnya. Tren positif berlanjut di kuartal I 2025 dengan 93,77 juta pengguna. Peningkatan juga terjadi di wilayah Yogyakarta (naik menjadi 7,97 juta), Bandung (16,16 juta), dan Surabaya (14,73 juta).
Untuk memenuhi kebutuhan layanan, KAI Commuter mengadakan 16 rangkaian baru dan 2 rangkaian retrofit dari PT INKA, serta mengimpor 11 rangkaian dari CRRC Sifang, Tiongkok. Langkah ini menjadi bagian dari upaya modernisasi dan perluasan kapasitas angkutan.
Integrasi antarmoda juga diperkuat. KAI menghubungkan Commuter Line dengan LRT Jabodebek di Dukuh Atas BNI dan Cikoko, serta dengan Kereta Cepat Whoosh di Halim, guna mewujudkan transportasi publik yang cepat dan terhubung.
Dalam aspek keberlanjutan, KAI meluncurkan fitur Carbon Footprint di aplikasi Access by KAI untuk edukasi emisi karbon, serta menggencarkan pengurangan plastik sekali pakai melalui penyediaan water station, alat makan ramah lingkungan, dan penggantian bantalan kayu menjadi sintetis.
Secara keseluruhan, seluruh layanan KAI Group—termasuk KRL, LRT, KA Bandara, KA Prambanan Ekspres, dan KA Makassar-Parepare—melayani 115,4 juta penumpang selama Januari–Maret 2025, meningkat 8,21% dibanding periode sama tahun lalu.
“Peringatan 100 tahun ini bukan akhir, tapi tonggak menuju layanan publik yang lebih maju dan berkelanjutan,” tutup Anne.