Intime – Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menjatuhkan sanksi tegas kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pasca laga melawan Bahraih, 25 Maret lalu. Sekitar 200-an suporter dinilai melontarkan chant bernada diskriminatif yang dianggap mengandung unsur xenofobia.
Sanksi berupa denda sekitar Rp 400 juta serta penutupan sebagian tribun utara dan selatan pada laga kandang berikutnya melawan Cina di Gelora Bung Karno.
Anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga FIFA telah mengirimkan surat resmi kepada PSSI yang merujuk pada referensi FDD 2338 tentang Pasal 18 terkait diskriminasi.
“Jadi kemarin kita sudah dapat surat dari FIFA tentang referensi FDD 2338 Pasal 18 diskriminasi. Keputusan dari FIFA bahwa PSSI harus bertanggung jawab terhadap prilaku diskriminatif suporter pada saat Indonesia melawan Bahrain yang dimainkan 25 Maret 2025,” kata Arya dikutip dari rilis PSSI, Minggu (11/5).
Berdasarkan laporan sistem monitoring FIFA, suporter Indonesia paling aktif di tribun utara dan selatan. Insiden diskriminasi terjadi pada menit 80 di sektor 19, saat itu sekitar 200 suporter tuan rumah terdengar meneriakkan slogan xenofobia yang dinilai melanggar prinsip kesetaraan FIFA.
“Berdasarkan laporan tersebut, FIFA menyatakan bahwa suporter Indonesia paling aktif di tribune utara dan selatan. Peristiwa insiden terjadi di sektor 19 pada menit ke-80. Sekitar 200 suporter tuan rumah meneriakkan slogan xenophobia. Bahrain blablabla,” jelas Arya.
Akibatnya, FIFA menjatuhkan dua sanksi kepada PSSI. Pertama, denda hampir Rp400 juta. Kedua, pembatasan penonton sebesar 15 persen dari total kapasitas stadion, terutama di tribune belakang gawang, yaitu tribun utara dan selatan.
a menambahkan, pengurangan jumlah kursi diterapkan di belakang gawang bagian utara dan selatan, namun FIFA menawarkan alternatif lain agar jumlah tersebut dapat diisi oleh elemen suporter lain.
“FIFA juga berikan ruang alternatif boleh saja 15 persen itu diberikan tapi kepada komunitas anti-diskriminasi atau komunitas khusus seperti keluarga, mungkin pelajar atau perempuan. Dan mereka harus pasang spanduk anti-diskriminasi,” jelas Arya.
FIFA, lanjut dia, meminta PSSI untuk membuat rencana komprehensif melawan tindakan diskriminasi di sepak bola.
“Sanksi ini adalah hal yang berat yang kita terima karena FIFA itu miliki prinsip kesetaraan, kemanusiaan, saling menghargai, dan menghormati,” jelasnya.
Menurut Arya, sanksi dari FIFA tersebut menjadi sebuah pembelajaran dan perlu adanya langkah-langkah literasi dan pendidikan kepada suporter agar tidak melakukan hal-hal yang berhubungan dengan diskriminasi seperti hate speech, ujaran kebencian, rasisme, xenophobia, dan lainnya.
“Jelas ini merugikan kita semua. Tapi harus tanggung bersama-sama,” katanya.
Hukuman ini selanjutnya akan diterapkan oleh PSSI ketika timnas Indonesia melakoni pertandingan kesembilan Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga zona Asia menjamu timnas China di Stadion GBK, Jakarta, 5 Juni pukul 20.45 WIB.