Kembali Melemah, Rupiah Berada pada Posisi Rp14.460 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta diprediksi melemah, pada Selasa (7/6). Hal ini, dibayangi sentimen kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed).

Rupiah pagi ini bergerak melemah 14 poin atau 0,1% ke posisi Rp14.460 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.446 per dolar AS.

“Nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini dengan menguatnya kembali sentimen The Fed,” kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra dilansir dari Antara.

Menurut Ariston, The Fed kelihatannya akan menaikkan suku bunga acuannya lagi pada pertengahan Juni ini sebesar 50 basis poin untuk memerangi inflasi di Negeri Paman Sam itu.

Kekhawatiran terhadap inflasi kembali meninggi setelah harga minyak mentah kembali naik ke kisaran 120 dolar AS per barel karena sanksi larangan ekspor minyak mentah Rusia ke Eropa.

Selain itu, perang yang belum usai juga menambah kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi. Perseteruan Rusia dengan NATO juga makin memanas karena NATO terus mengirimkan bantuan senjata rudal jarak jauh untuk Ukraina.

“Tingginya inflasi bisa melambatkan pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia,” ujar Ariston.

Ariston menambahkan tingkat imbal hasil obligasi Pemerintah AS kembali naik yang mengindikasi sentimen The Fed kembali masuk ke pasar.

Imbal hasil obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun kembali ke kisaran 3%, angka yang sebelumnya tersentuh pada Mei 2022.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke level Rp14.450 per dolar AS dengan support di level Rp14.440 per dolar AS.

Pada Senin (6/6), rupiah ditutup melemah 13 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.446 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.433 per dolar AS.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini