Peringatan Hari Lahir 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) digelar di Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur pada, Selasa (7/2). Bakal calon presiden (bacapres) Partai NasDem, Anies Rasyid Baswedan, ziarah ke makam KH Zainul Arifin Pohan di Taman Makam Pahlawan (TMP), Kalibata, Jakarta Selatan.
Ziarah itu dilakukan Anies tepat pada perningatan 1 NU, Selasa (7/2). Anies menerangkan, KH Zainul merupakan salah satu penggerak (muharrik) NU awal di Jakarta dan pahlawan bangsa. “Gus Dur menggambarkan beliau dengan bangsawan yang ber-NU melalui jalur kemerdekaan,” tulis Anies Baswedan, dalam akun Instagramnya, Rabu (8/3).
Sosok KH Zinul, menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, lahir di Barus, Sumatra Utara (Sumut), pada 12 September 1909. Beliau adalah anak tunggal Raja Barus, Sultan Ramali bin Tuangku Raja Barus. Sejak remaja, ia merantau ke Batavia dan bergabung di Gerakan Pemuda (GP) Ansor, kemudian menjadi Ketua NU Jatinegara dan Majelis Konsul NU Batavia.
“Pada masa revolusi Indonesia, KH Zainul Arifin menjadi panglima Hizbullah. Dia merekrut dan melatih anak-anak muda di desa-desa untuk menjadi pejuang bangsa,” tulis Anies.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menerangkan, KH Zainul Arifin pun mewakafkan seluruh waktu dan energinya untuk NU dan Indonesia.
Bahkan, beliau juga terlibat aktif dalam berbagai posisi dan tugas di NU dan kenegaraan. Mulai dari Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), wakil perdana menteri pada kabinet Ali Sastroamidjojo I (1953-1955), anggota konstituante, dan terakhir menjadi Ketua DPR-GR sebagai perwakilan NU.
“Saat puncak pemberontakan DII/TII pada kurun 60-an, KH Zainul Arifin beserta NU menyatakan sikap tetap memihak Republik,” ucap Anies dalam akun Instagramnya.
Ketika beredar kabar berbagai upaya pembunuhan terhadap Presiden Soekarno, KH Zainul tetap memilih melindungi sang presiden. Sehingga pada 10 Dzulhijjah 1381 H atau pada 14 Mei 1962, saaat memasuki rakaat kedua Sholat Idul Adha, KH Zainul Arifin terkena peluru yang ditembakkan anggota DII/TII yang ikut shalat.
“Peluru tersebut mestinya mengenai Presiden Soekarno,” tutur Anies.
Tugasnya melindungi Presiden pun terlaksana, tetapi kesehatannya terus menurun, hingga akhirnya meninggal pada 2 Maret 1963. “Negara mengangkatnya menjadi pahlawan kemerdekaan nasional. Dan, namanya diabadikan menjadi salah satu jalan di Jakarta, tepatnya jalan KH Zainul Arifin, Jakarta Pusat,” kata Anies.
“Kisah KH Zainul Arifin ini adalah cerminan dari bagaimana NU mewarnai Indonesia. Tak pernah mundur selangkah pun untuk urusan keislaman dan keindonesiaan. Kini, NU siap menghadapi abad kedua yang penuh dengan tantangan. Insya Allah NU senantiasa merawat jagat, membangun peradaban,” tutupnya.