Sebanyak 300 ribu bayi dilahirkan dalam kondisi stunting. Hal tersebut, karena banyak pasangan tidak memeriksakan kondisi kesehatannya sebelum menikah.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melansir, pasangan baru yang menikah mencapai antara 1,9 juta hingga 2 juta per tahun.
Dari dua juta yang nikah yang hamil di tahun pertama 1,6 juta. “Banyak pasangan sibuk mementingkan pergelaran pre-weddingnya yang memakan banyak biaya, dibandingkan melakukan pre-konsepsi,” ujar Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, di Jakarta, Jumat (17//2).
Dia menjelaskan, banyak calon ibu telat mendapatkan penanganan karena baru mengetahui jika dirinya mengidap sebuah suatu penyakit atau terkena anemia. Artinya, kehamilan ibu tidak dipersiapkan dengan sehat.
Belum lagi, skrining kesehatan yang telat membuat banyak banyak ibu harus meninggal sia-sia ketika melahirkan. Dalam data milik BKKBN, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia kini masih 189 per 100.000 kelahiran hidup.
“Kami sedih, kita tidak melihat saja kematiannya ada di mana-mana. Bisa dibayangkan kalau 189 meninggal dari 100.000, itu kalau per satu juta yang mati jadi berapa ? mereka jadi meninggal sia-sia karena melahirkan, padahal kematian ibu itu bisa dicegah,” jelas dia.
Dampak lain dari skrining kesehatan yang lemah itu berujung pada angka kematian bayi (AKB) yang tinggi, yakin saat ini mencapai 16 per 1.000 kelahiran hidup. Sementara angka prevalensi stuntingnya 21,6 persen.
“Maka dari itu kalau yang mau nikah, kita skrining dulu kadar Hb-nya harus memenuhi syarat, lingkar lengannya memenuhi syarat dan itu yang harus kita kerjakan bersama Menkes,” katanya.
Sebagai upaya nyata menciptakan generasi berkualitas sejak sebelum lahir, BKKBN sendiri sudah membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang berjumlah 600 ribu personel yang dibagi ke dalam 200 ribu tim.
Tujuannya adalah mendampingi keluarga baik dalam mempersiapkan kehamilan yang sehat ataupun menggaungkan bahaya stunting.
Meski saat ini banyak personel masih menjalankan pelatihan, berbagai bentuk pelatihan TPK ditargetkan rampung pada Maret 2023, sehingga pendampingan jadi lebih berkualitas.
Cara pencegahan bayi stunting lainnya adalah melalui pembagian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri di sekolah bersama Kementerian Kesehatan. Kontrol kehamilan juga semakin diperkuat melalui penambahan waktu minimal pemeriksaan ANC dan USG.