Intime – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan bahwa pengembangan sektor kereta api menjadi salah satu komponen utama dalam arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat jaringan konektivitas nasional.
Menurut AHY, transportasi berbasis rel menawarkan efisiensi lebih tinggi dibandingkan moda jalan, baik dari sisi kapasitas angkut, ketertiban operasi, maupun pengurangan emisi karbon.
“Distribusi logistik berbasis rel lebih efisien dan ramah lingkungan. Pendekatan ini merupakan bagian penting dalam membangun sistem transportasi modern yang mendukung pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah,” ujar AHY salam keterangannya di Jakarta, Jumat (14/11)
Sejalan dengan arahan tersebut, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Bobby Rasyidin menegaskan bahwa transformasi KAI diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional dan meningkatkan daya saing logistik.
Kata dia, transformasi itu mencakup penguatan angkutan penumpang dan barang, pengembangan usaha penunjang, serta penerapan teknologi guna meningkatkan efektivitas operasi dan kualitas layanan.
Bobby menyebut KAI sedang mengakselerasi inisiatif Integrated Logistic Solution, sebuah fondasi layanan logistik terintegrasi yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan menjangkau seluruh rantai pasok nasional.
“KAI terus meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan melalui integrasi sistem, kolaborasi strategis, dan implementasi teknologi,” ujarnya.
Dukungan publik terhadap layanan transportasi rel juga tercermin dari peningkatan jumlah pelanggan.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, mencatat total pelanggan seluruh layanan KAI Group mencapai 413,86 juta orang sepanjang Januari–Oktober 2025, tumbuh 8,15 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Layanan tersebut mencakup kereta jarak jauh, KAI Commuter, LRT Jabodebek, LRT Sumsel, KA Bandara, KAI Wisata, Whoosh KCIC, serta KA Makassar–Parepare.
Di sektor angkutan barang, KAI mencatat volume 57,55 juta ton hingga Oktober 2025 atau naik 0,69 persen. Komoditas terbesar tetap didominasi batu bara dengan 47,77 juta ton, disusul semen, petikemas, BBM, hasil perkebunan, pupuk, dan barang ritel.
Anne menegaskan bahwa layanan angkutan batu bara KAI merupakan komponen penting dalam memastikan stabilitas pasokan energi nasional.
Kapasitas angkut besar juga menjadi keunggulan moda rel. Di lintas Jawa, satu rangkaian kereta barang mampu menarik hingga 30 gerbong dengan kapasitas 42 ton per gerbong, sementara di Sumatra Selatan rangkaian batu bara bisa mencapai 61 gerbong. Keandalan operasi ini turut mengurangi beban jalan raya serta memperlancar distribusi logistik nasional.
KAI menargetkan pertumbuhan angkutan barang hingga 15 persen pada 2029, dengan proyeksi angkutan batu bara 111,2 juta ton dan non-batu bara 10,9 juta ton. Target tersebut didukung integrasi logistik melalui konektivitas rel dengan pelabuhan, kawasan industri, dan dry port.
Dari sisi layanan, KAI Group mencatat tingkat ketepatan waktu yang tinggi selama Januari–September 2025, yakni 99,53 persen untuk keberangkatan kereta penumpang dan 96,89 persen untuk keberangkatan kereta barang.
“Seluruh pengembangan kami diarahkan untuk memperkuat peran kereta api dalam ekosistem logistik nasional,” tutup Anne.

