Politisi senior Partai Gerindra DPRD DKI mengungkapkan bahwa ada banyak alasan seorang politisi pindah partai. Salah satunya soal ketidaknyaman. Ini menjadi salah satu alasannya hendak hengkang dari Partai Gerindra dan pindah ke Partai NasDem.
Hal itu dia sampaikan usai mengikuti sidang paripurna penggantiannya dari jabatan Wakil Ketua DPRD DKI di DPRD DKI Kamis (2/6).
“Kalau mau berpartai ya perlu kenyamanan. Kalau anda dalam satu rumah, anda nggak nyaman, pilihannya cuma dua. Diem aja atau keluar rumah. Gitu aja,” katanya.
Dia mengakui, bahwa soal ketidaknyamanan itu menjadi salah satu alasannya berniat pindah partai. Ia mengibaratkan situasi dalam satu rumah yang tidak lagi ada kenyamanan.
“Salah satunya (karena tidak nyaman). Bisa aja mungkin jendelanya kurang banyak sekarang, sirkulasi udaranya kurang baik. Kan bisa saja itu membuat tidak nyaman,” ujarnya.
Saat ditanya soal Partai NasDem sebagai pelabuhan terakhirnya, mantan Ketua DPD Gerindra itu menerangkan, bahwa ia selama ini berkiprah di partai beraliran nasionalis. Nah, bila hendak hengkang, iapun akan memilih partai nasionalis sebagai terminal akhirnya.
“Insyaallah kali ya (pindah ke NasDem). Gini, kalau saya mau pindah ke partai lain saya harus keluar dulu dari partai lain. Nggak bisa saya belum keluar terus saya bilang saya mau pindah. Menurut saya nggak bagus. Dan itu nggak boleh,” katanya.
Dia mengakui, banyak pihak berusaha membujuknya agar tetap bertahan di Partai Gerindra. Dia menilai hal itu wajar saja. Sebab ia merupakan salah satu tokoh pendiri Partai Gerindra di DKI Jakarta.
“Ya wajar aja kalau mereka tahan. Saya kan bagian dari pendiri Gerindra di Jakarta. Wajar aja. Banyak ya yang nahan saya. Salah satunya Pak Wagub (Riz