Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (13/5) sore kembali loyo berada pada posisi Rp14.613.
Hal ini, seiring antisipasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga lanjutan oleh bank sentral AS, Federal Reserve (Fed).
Rupiah ditutup melemah 15 poin atau 0,1% ke posisi Rp14.613 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.598 per dolar AS.
“Dolar AS outlook-nya menguat serta ada kekhawatiran pasar terhadap tensi antara Barat dengan Rusia yang semakin memanas,” kata Analis Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya, dilansir dari Anatara.
Dolar AS menguat karena sentimen data Indeks Harga Produsen AS yang sesuai estimasi pasar untuk tumbuh 0,5 persen pada tingkat bulanan yang menjaga kekhawatiran pasar terhadap inflasi dari data yang dirilis sehari sebelumnya.
Selain itu Gubernur The Fed Jerome Powell kembali menegaskan bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada masing-masing dua pertemuan selanjutnya.
Hal itu dapat memicu rebound-nya tingkat imbal hasil obligasi AS karena pasar terlihat mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan yang sebesar 75 bps.
Dari ketegangan antara Barat dengan Rusia semakin memanas setelah Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan bahwa bantuan militer untuk Ukraina berisiko menciptakan konflik antara Rusia dengan NATO.
Sementara itu Ukraina telah mengumumkan akan menangguhkan transit gas Gazprom di wilayahnya.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa Rusia adalah ancaman paling langsung terhadap tatanan internasional.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.614 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.605 per dolar AS hingga Rp14.630 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat melemah ke posisi Rp14.619 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.585 per dolar AS.