Intime – Tragedi yang merenggut nyawa seorang pengemudi ojek online (Ojol) dalam aksi demonstrasi di Jakarta kembali mencoreng wajah demokrasi Indonesia. Korban tewas setelah dilindas mobil rantis aparat kepolisian saat pengamanan aksi, Kamis (29/8).
Peristiwa ini memicu kecaman keras dari Aktivis 98 yang menyebut gugurnya kawan Ojol sebagai duka mendalam sekaligus tamparan keras bagi demokrasi di Indonesia. Menurut mereka, insiden tersebut menjadi bukti kegagalan negara dalam melindungi rakyat.
“Aparat yang seharusnya menjaga keamanan justru berubah menjadi alat represi yang merampas hak-hak rakyat. Demokrasi semestinya memberi ruang kebebasan berpendapat, kebebasan berkumpul, serta jaminan keselamatan bagi setiap warga negara yang menyampaikan aspirasi. Namun yang kita saksikan hari ini adalah sebaliknya: kekerasan, ketakutan, dan korban jiwa,” tegas Aktivis 98 dalam keterangan sikapnya.
Mereka menegaskan dukungan penuh terhadap gerakan mahasiswa dan rakyat yang turun ke jalan. Demonstrasi, kata Aktivis 98, adalah hak konstitusional yang dijamin oleh UUD 1945 sekaligus bentuk ekspresi keresahan masyarakat terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil.
“Kami tidak akan pernah tinggal diam ketika rakyat menjadi korban kekerasan negara. Gugurnya kawan Ojol adalah panggilan moral bagi kita semua untuk melawan praktik represif dan brutalitas aparat kepolisian. Demokrasi harus dibela, dan kami akan terus berada di barisan rakyat,” lanjut pernyataan tersebut.
Dalam sikap resminya, Aktivis 98 menyampaikan enam poin tuntutan, yakni:
1. Menyampaikan duka cita mendalam atas gugurnya kawan Ojol yang disebut sebagai pejuang demokrasi.
2. Menuntut hukuman berat dan adil terhadap anggota Polri yang menabrak hingga menyebabkan korban meninggal.
3. Mengecam keras tindakan brutal aparat dalam menghadapi demonstrasi rakyat.
4. Mendesak Presiden mencopot Kapolri dan Kapolda Metro Jaya karena dianggap gagal mengendalikan situasi.
5. Menegaskan komitmen bersama seluruh elemen bangsa untuk memperjuangkan demokrasi serta menolak intimidasi dan kekerasan negara.
6. Mengecam elit politik yang dinilai mempertontonkan kepongahan di tengah penderitaan rakyat.
Aktivis 98 menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa kematian kawan Ojol akan menjadi api perjuangan yang terus menyala demi tegaknya keadilan dan kebebasan rakyat.

