Intime – Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi DKI Jakarta, Dody Wijaya, meluncurkan buku berjudul “Dinamika Kursi Kebon Sirih: Mengapa Petahana Bisa Menang, Bisa Juga Tumbang”.
Peluncuran buku itu diselenggarakan dalam acara Diskusi Publik “Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi DPRD DKI Jakarta” yang digelar di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (8/10).
Dalam bukunya, Dody menelusuri perjalanan tiga pemilu legislatif DPRD DKI Jakarta dari 2014 hingga 2024. Ia menemukan bahwa status petahana hanya menjadi modal awal, namun bukan jaminan untuk kembali menduduki kursi dewan.
“Demokrasi Jakarta menunjukkan wajahnya yang unik: keras, kompetitif, tapi tetap sehat. Petahana bisa bertahan karena kerja nyata, tetapi bisa juga tumbang jika kehilangan koneksi elektoral dengan rakyat,” ujar Dody.
Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin dalam pengantar buku tersebut mengingatkan para wakil rakyat agar tidak terlena dengan kekuasaan. Menurutnya, kursi dewan bukanlah hak istimewa, melainkan amanah yang diberikan oleh rakyat.
Peluncuran buku ini disambut positif oleh sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta. Salah satunya, Basri Baco, yang menilai karya Dody memberikan perspektif baru dalam memahami relasi politik di ibu kota.
“Buku ini memberi perspektif segar tentang hubungan antara politisi, partai, dan rakyat Jakarta. Saya pikir, ini bacaan penting bagi siapa pun yang ingin memahami dinamika politik lokal,” kata Baco.
Dody menambahkan, buku ini memadukan pendekatan ilmiah dengan pengalaman lapangan sebagai penyelenggara pemilu.
Ia juga menyoroti faktor-faktor khas dalam politik Indonesia seperti klientelisme, politik uang, dan kompetisi intrapartai, yang menurutnya menjadi bagian dari proses seleksi alam demokrasi di Jakarta.
“Demokrasi kita keras, tapi justru dari situ terlihat siapa yang benar-benar bekerja untuk rakyat,” tutup Dody.