Gubernur DKI Jakarta 2007-2012, Fauzi Bowo, menyambut positif pengusulan Ali Sadikin menjadi pahlawan nasional. Ia lantas mengenang figur Gubernur Jakarta ke-7 itu.
“Saya termasuk bagian dari laskarnya Ali Sadikin yang masih tersisa. Barangkali juga saya anak didik Ali Sadikin sampai pencalonan saya dan menjadi Gubernur Jakarta,” ucapnya saat menjadi pembicara kunci dalam seminar pencalonan Ali Sadikin menjadi pahlawan nasional di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia (UI), yanh dikutip Jumat (23/2).
Menurut Bang Foke, sapaannya, Ali Sadikin layak menjadi pahlawan nasional karena merupakan salah satu figur pemimpin demokratis. Gubernur Jakarta 1966-1977 itu pun menjunjung tinggi dan memperjuangkan hak kebebasan setiap orang dalam mengekpresikan diri.
“Terlepas dari kontribusi Ali Sadikin sejak menjadi bagian dari marinir, Gubernur Jakarta, dan Menteri Perhubungan Laut semasa pemerintahan Sukarno, sosok Ali Sadikin juga memiliki pandangan bahwa kekuasaan harus terbatas dan yang membatasi kekuasaan adalah kemanusiaan atau kehendak rakyat dan kepentingan umum,” tuturnya.
Selama pimpin Jakarta, ungkap Bang Foke, Ali Sadikin berkontribusi besar pada pembangunan ibu kota. “Bahkan, beliaulah yang membangun pondasi Jakarta modern dan kita hanya melanjutkan apa yang sudah dibangun,” jelasnya.
“Baginya, kekuasaan harus diselenggarakan berdasar hukum dan bukan hukum dijalankan berdasarkan kekuasaan,” imbuh dia.
Di sisi lain, Bang Foke menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada tim penyusun usulan tersebut. Menurutnya, hampir tanpa celah bahkan beberapa referensi yang dikutip hampir terlupakan.
“Saya berharap, baik narasumber maupun peserta seminar dapat membahas hingga naskah ini menjadi sempurna,” ucapnya.
Senada dengan “Beky Mardani”, Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) menyambut baik usulan Ali Sadikin untuk menjadi pahlawan nasional.
Sebagai undangan dari dinas Sosial Prov DKI Jakarta, Beky Mardani menegaskan kalau jasa Ali Sadikin dalam bidang kebudayaan begitu besar, di era nya Ali Sadikin pembangunan gelanggang remaja disetiap kota begitu masif dan dapat dijadikan sarana ekspresi anak muda dalam olahraha dan seni.
Bahkan Bang Ali sapaan Ali Sadikin membangun Taman Ismail Marzuki (TIM) untuk dijadikan ruang ekspresi seni.
Beky juga menambahkan kalau Di era Bang Ali, seni betawi lenong mencapai puncaknya dengan tampil di TIM secara rutin. Kami merindukan seni budaya betawi seperti lenong kembali eksis dan tidak dapat dinafikan bersirinya LKB tidak lepas dari peran bang Ali yang sangat besar, tutupnya.