Intime – Mantan Anggota DPR RI, Didi Irawadi Syamsuddin, berharap bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat dapat menjadi pembelajaran serius bagi pemerintah dalam meningkatkan respons penanganan bencana.
Didi menekankan pentingnya pengambilan keputusan yang cepat serta keberanian moral dari pemerintah saat menghadapi situasi darurat, terutama ketika bencana berdampak langsung pada keselamatan dan kebutuhan dasar masyarakat.
“Ketika akses jalan terputus, rakyat kelaparan, dan waktu menjadi penentu hidup-mati, negara terlihat gamang. Yang dibutuhkan adalah keputusan cepat dan keberanian moral,” kata Didi di Jakarta, Kamis (18/12).
Ia mengaku prihatin karena di tengah seringnya pidato tentang nilai-nilai kemanusiaan, penanganan bencana di lapangan justru kerap terhambat oleh prosedur birokrasi yang dianggap lebih sakral daripada keselamatan nyawa manusia.
“Di negeri yang gemar berpidato soal kemanusiaan, penanganan bencana justru sering tersandung prosedur yang diperlakukan lebih sakral daripada nyawa,” ujarnya.
Didi juga menyoroti sikap sebagian pejabat yang dinilainya kurang empatik terhadap inisiatif solidaritas dari masyarakat dan relawan. Menurutnya, bantuan kemanusiaan seharusnya tidak dibatasi oleh ego atau kepentingan tertentu.
“Lebih ironis lagi, ketika solidaritas datang dari warga dan relawan, sebagian pejabat justru memilih mencibir. Seolah empati harus menunggu izin, dan bantuan harus lolos uji gengsi,” kecam Didi.
Ia mengingatkan bahwa sikap tersebut berpotensi memperpanjang penderitaan korban bencana di lapangan. Didi menilai, kemanusiaan tidak boleh berhenti sebatas pernyataan di ruang publik tanpa diiringi tindakan nyata.
“Jika kemanusiaan berhenti di mikrofon, maka yang tertinggal di lapangan hanyalah duka dan penderitaan,” pungkasnya
