Intime – Bank DKI yang berganti nama Bank Jakarta mencatatkan laba bersih sebesar Rp 421,18 miliar atau tumbuh sebesar 24,42 persen secara year on year (yoy) dari sebelumnya tercatat sebesar Rp 338,53 miliar.
Pertumbuhan ini ditopang oleh peningkatan pendapatan bunga bersih yang meningkat 10,38 persen, dari semula tercatat sebesar Rp 1,34 triliun pada Juni 2024, menjadi sebesar Rp 1,47 triliun pada Juni 2025.
Efisiensi juga berjalan baik, terbukti mampu menekan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasiona (BOPO) yang turun dari 87,02 persen menjadi 83,86 persen.
Di sisi intermediasi, Bank Jakarta mencatatkan pertumbuhan kredit yang positif, terutama dari sektor UMKM yang melonjak 43,70 persen yoy menjadi Rp 2,31 triliun.
Sementara itu, kredit kustomer sebesar 2,92 persen yoy menjadi Rp 23,50 triliun. Total aset per Juni 2025 tercatat sebesar Rp 84,72 triliun, tumbuh sebesar 2,96 persen dibandingkan posisi Triwulan II 2024 sebesar Rp 82,29 triliun.
Pertumbuhan Total Aset Bank Jakarta seiring dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat sebesar Rp 67,69 triliun atau tumbuh sebesar 3,84 persen secara yoy.
Meskipun kondisi persaingan DPK masih dirasa cukup ketat, CASA (Current Account Saving Account) Bank Jakarta mengalami peningkatan sebesar 8,03 persen secara yoy, menjadi sebesar Rp 25,37 triliun pada Juni 2025, hal tersebut menjadi fundamental yang baik bagi Bank Jakarta untuk tumbuh secara solid kedepannya.
Direktur Utama Bank Jakarta, Agus H. Widodo, menyampaikan bahwa kinerja positif ini merupakan cerminan dari komitmen Bank Jakarta untuk terus bertumbuh secara sehat dan inklusif.
“Kami terus memperkuat fungsi intermediasi dengan memperluas akses pembiayaan produktif, khususnya kepada pelaku UMKM yang diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi daerah,” ujarnya di Jakarta, Minggu (3/8).