Jakarta di bawah komandi Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono semakin menjadi-jadi alias tambah parah. Kemacetan lebih menggila dari sebelum pandemi Covid-19 pada sebelum 2019.
Berdasar, data dari TomTom Traffic Index, tingkat kemacetan di ibu kota saat ini mencapai 61%. Sementara itu, di hari dan jam yang sama pada 2019, tingkat kemacetan hanya 56%.
Menyikapi ini, Ketua Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta, Anggara Wicitra Sastroamidjojo, meminta Pemprov DKI memperbanyak fasilitas kantong parkir atau park and ride untuk menambah jumlah pengguna transportasi umum.
“Konsep park and ride bisa jadi solusi bagus yaitu dengan menyediakan tempat parkir di dekat tempat naik kendaraan umum,” kata Ara panggilan bekennya, di Jakarta (16/2).
Namun, politikus PSI mengingatkan, tarif park and ride jangan dipatok dengan harga yang tinggi. Pangkalnya, langkah tersebut akan membuat masyarakat tidak mau memarkirkan kendaraannya.
“Tarif flat dari tempat parkir juga membuat masyarakat mau parkir di sana karena harganya murah tetap sama walau berjam-jam parkir,” beber dia.
Ara menyatakan, Pemprov DKI saat ini telah memiliki sembilan lokasi park and ride namun jumlah tersebut masih terlalu sedikit dibanding mobilitas di Jakarta.
“Saat ini baru ada sembilan lokasi kantong parkir dengan konsep ini. Jaman Gubernur Anies sebenarnya direncanakan membangun 4 lokasi (Glodok, Kebon Kacang, Roxy, Cempaka Mas) lagi tetapi tidak terealisasi,” ucapnya.
Ia juga menyarankan fasilitas park and ride dibangun vertikal untuk memaksimalkan luasan lahan yang ada serta berkolaborasi dengan pihak swasta.
“Pasti hambatannya adalah keterbatasan lahan, maka saya sarankan dibangunnya vertikal. Bisa juga kerjasama menggunakan bangunan milik swasta,” tutupnya.