Saat ini dunia sedang menghadapi tiga ancaman besar mulai dari perubahan iklim, normalisasi kebijakan moneter, hingga pengetatan likuiditas. Demikian ditegaskan Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati.
Dia menjelaskan, normalisasi kebijakan keuangan terutama dalam bidang moneter dilakukan untuk merespons kenaikan inflasi akibat kenaikan harga komoditas.
“Saat ini kita dihadapkan dengan dinamika global yang sangat nyata,” katanya dalam Rapat Paripurna DPR di Jakarta, Selasa (24/5).
Menurut dia, normaliasai kebijakan moneter dan pengetatan likuiditas ini telah menimbulkan disrupsi di seluruh dunia termasuk Indonesia. “Disrupsi rantai pasok yang muncul akibat meningkatnya geopolitik menjadi perhatian dan harus kita waspadai,” benernya.
Terlebih lagi, kata Menkeu, konflik antara Rusia dan Ukraina turut memperparah situasi geopolitik dunia saat ini yang pada akhirnya menimbulkan ancaman krisis mulai dari energi, pangan, sampai keuangan.
Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah membentuk sebuah grup untuk mengantisipasi tiga potensi krisis dunia yaitu energi, pangan, dan keuangan.
Sri Mulyani menyatakan, Indonesia harus mampu merespons secara tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat aksi terhadap berbagai potensi ancaman dunia.
Dia mengaku, optimistis pemerintah akan mampu mengatasi gejolak global mengingat upaya yang telah dilakukan dalam menghadapi krisis seperti krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 mulai membuahkan hasil.
Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam melakukan penanganan Covid-19 telah memberikan dampak positif yakni membangkitkan aktivitas ekonomi domestik.
Implementasi kebijakan makro fiskal melalui APBN yang responsif mampu membuat pemerintah merespon secara fleksibel dan sinergis dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi yang tidak mudah.
Ekonomi Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5,01a% pada triwulan dari China sebesar 4,8%, Jerman 3,7%, Korea Selatan 3,1% dan Singapura 3,4%.
Pertumbuhan yang kuat ini juga didukung oleh stabilisasi tingkat harga atau inflasi yang tercatat 0,95% (mtm) atau 3,47% (yoy) pada April 2022.
“Angka inflasi Indonesia masih dalam rentan target 3 plus minus 1 persen dan jauh di bawah inflasi di dunia yang bahkan ada yang mencapai double digit,” kata Sri Mulyani.