Din Syamsuddin Nilai Seruan Prabowo soal Solusi 2 Negara di PBB Hanya ‘Teriakan di Tengah Samudera’

Intime – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menilai seruan Presiden RI Prabowo Subianto mengenai solusi dua negara atau two-state solution untuk konflik Israel-Palestina berpotensi hanya menjadi “teriakan di tengah samudera.”

Menurutnya, seruan tersebut akan terdengar keras namun hilang ditelan deburan ombak jika faktor fundamental tidak diselesaikan terlebih dahulu.

Din menjelaskan, potensi itu bisa terjadi apabila genosida Israel terhadap rakyat Palestina dan penguasaan Israel atas wilayah pendudukan tidak dihentikan. Tanpa mengatasi isu-isu fundamental tersebut, Din menegaskan bahwa solusi dua negara akan menjadi hampa karena tidak mungkin diterima oleh Israel.

“Tanpa itu, dan itu sulit diterima Israel maka solusi dua negara menjadi hampa,” jelas Din, Kamis (25/9).

Lebih lanjut, Din menegaskan bahwa langkah yang seharusnya diambil oleh Indonesia saat ini adalah mendesak Israel untuk mundur dari wilayah pendudukan, menghentikan genosida di Gaza, dan segera menyalurkan bantuan kemanusiaan.

Apabila jalan damai tidak dihiraukan Israel, Din menekankan opsi lain seperti pengerahan pasukan penjaga perdamaian atau pencegah perang adalah solusi yang perlu dipertimbangkan. Ia menambahkan, keberanian Indonesia untuk mempelopori opsi ini “sangat tergantung pada nyali dan kekuatan hati Kepala Negaranya.”

Din mengingatkan bahwa solusi dua negara adalah gagasan lama yang dianut oleh negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) termasuk Indonesia. Ia memaparkan bahwa persyaratan utama agar solusi itu bisa terwujud tidak pernah dipenuhi oleh Israel, seperti:

– Pengunduran diri Israel dari wilayah yang dikuasai sejak Perang 1967 (Sinai dan Dataran Tinggi Golan).

– Penghentian pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat.

– Persetujuan status Yerusalem sebagai kota suci yang tidak boleh dikuasai oleh satu pihak.

Kondisi tersebut diperburuk dengan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang semakin masif, serta keputusan sepihak Israel yang didukung Amerika Serikat untuk menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota.

“Selain Israel terus-menerus melakukan pembangunan pemukiman di Tepi Barat, bahkan Israel melakukan genosida atas Gaza dan menodai Masjid Al-Aqsha. Maka, kesepakatan solusi dua negara menjadi batal,” pungkas Din.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini