Intime – Direktur Rumah Politik Indonesia (RPI), Fernando Emas, menyampaikan keprihatinan mendalam atas respons sejumlah pejabat tinggi negara terhadap bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Menurutnya, beberapa pejabat menunjukkan sikap yang tidak pantas pada situasi duka yang tengah dirasakan masyarakat.
Fernando menyoroti pernyataan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, yang sempat menilai bahwa dampak bencana di Tapanuli tidak separah yang terlihat di media sosial.
Pernyataan tersebut, kata Fernando, menunjukkan kurangnya empati dari seorang pejabat yang seharusnya berada di garis depan penanganan bencana.
“Kepala BNPB tidak memiliki rasa empati dan menganggap bahwa bencana di wilayah Tapanuli tidak separah seperti yang tampak di media sosial,” ujar Fernando kepada wartawan di Jakarta, Rabu (3/12).
Ia mendorong Presiden Prabowo Subianto untuk mempertimbangkan pencopotan Suharyanto dari jabatannya. Menurutnya, posisi Kepala BNPB harus diisi oleh sosok yang memiliki sensitivitas kemanusiaan tinggi, sebagaimana para pendahulu lembaga tersebut.
“Situasi bencana di Sumatra menunjukkan bagaimana sesungguhnya pemimpin dan pejabat negara kita. Mereka penikmat kekuasaan sehingga tidak memiliki empati dan hanya memikirkan mempertahankan jabatan,” tegas Fernando.
Selain BNPB, Fernando juga mengkritik keras pernyataan Dirjen Penegakan Hukum (Gakkum) Kementerian Kehutanan, Dwi Januanto Nugroho, terkait kayu gelondongan yang terbawa banjir di Sumatra Utara. Dwi sebelumnya menyebut kayu-kayu itu berasal dari pohon lapuk atau pohon tumbang.
Menurut Fernando, komentar tersebut “ngawur” dan tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Ia menilai pejabat sekelas Dirjen Gakkum seharusnya lebih berhati-hati dalam memberikan pernyataan agar tidak menjadi sasaran kritik publik.
“Pernyataannya sangat mudah terbantahkan dengan melihat kenyataan di lokasi bencana,” ujar Fernando.
Sebelumnya, Letjen TNI Suharyanto telah menyampaikan permohonan maaf setelah mengakui kekeliruannya menilai dampak banjir di Tapanuli Selatan.
“Saya surprise, saya tidak mengira sebesar ini. Saya mohon maaf, Pak Bupati,” ujarnya dalam tayangan Kompas TV, Minggu (30/11).
Sementara itu, Dwi Januanto Nugroho turut menjadi sorotan publik usai komentarnya terkait asal usul kayu gelondongan yang ikut terbawa banjir di Sumatra Utara.

