Dino Patti Djalal Kritik Menlu Sugiono, Soroti Kepemimpinan dan Minimnya Komunikasi Publik

Intime – Diplomat senior Indonesia Dino Patti Djalal melontarkan kritik terbuka terhadap kinerja Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono di penghujung tahun 2025. Kritik tersebut disampaikan Dino melalui pernyataan panjang yang ia sebut sebagai pesan sekaligus saran demi kesuksesan diplomasi Indonesia ke depan.

Dino menegaskan kritik itu disampaikannya sebagai sesepuh Kementerian Luar Negeri, pelaku diplomasi selama hampir 40 tahun, serta bagian dari komunitas dan konstituen hubungan internasional.

Ia menyampaikan empat poin utama yang menurutnya perlu segera dibenahi oleh Menlu Sugiono.

Kritik pertama menyangkut kepemimpinan di internal Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Dino menilai Kemlu saat ini sangat membutuhkan kehadiran dan arahan langsung dari pimpinan.

Ia meminta Menlu Sugiono meluangkan lebih banyak waktu untuk memimpin Kemlu, idealnya secara penuh. Menurut Dino, banyak kantor perwakilan RI di luar negeri yang kekurangan arahan strategis, rapat koordinasi duta besar tertunda, hingga muncul demoralisasi diplomat akibat pemotongan anggaran dan minimnya respons dari pimpinan.

“Kementerian Luar Negeri itu seperti Ferrari, penuh talenta luar biasa. Tapi Ferrari hanya bisa melaju kalau dikemudikan pengemudi yang fokus,” ujar Dino dalam video yang diunggah di akun Instagram prbibadinya, @dinopattidjalal, Minggu (21/12).

Kritik kedua menyasar minimnya komunikasi Menlu Sugiono dengan publik. Dino menilai dalam satu tahun terakhir, Menlu belum pernah menyampaikan pidato kebijakan (policy speech) atau wawancara mendalam terkait arah politik luar negeri Indonesia.

Mantan Wakil Menteri Luar Negeri ini mengingatkan prinsip foreign policy begins at home yang menekankan pentingnya dukungan publik terhadap kebijakan luar negeri.

Ketiga, Dino meminta Menlu Sugiono lebih aktif melibatkan para pemangku kepentingan hubungan internasional, termasuk organisasi masyarakat sipil dan akademisi. Ia menilai saat ini Menlu terkesan tertutup, sulit diakses, dan tidak responsif terhadap undangan dialog.

Kritik keempat berkaitan dengan keterbukaan untuk bekerja sama dengan akar rumput diplomasi. Dino menekankan bahwa diplomasi tidak hanya berjalan dari atas ke bawah, tetapi juga membutuhkan gotong royong antara pemerintah dan masyarakat.

Dino menutup pesannya dengan peringatan bahwa Menlu Sugiono hanya memiliki ‘satu kesempatan dalam sejarah.’

Jika kritik tersebut diabaikan, ia khawatir diplomasi Indonesia akan merosot dan Kemlu kehilangan reputasinya sebagai pusat keunggulan. Namun jika dibenahi, Dino yakin Menlu Sugiono masih berpeluang dicatat sebagai menteri luar negeri yang cemerlang.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini