Dokter spesialis rehabilitasi medik dr. Peggy, Sp.KFR mengatakan, program rehabilitasi pada pasien kanker bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik pasien agar bisa beraktivitas seperti saat sebelum sakit.
“Ini fokusnya ke arah mengembalikan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit masa optimal jadi lebih ke arah kemampuan fungsional kita saat sakit terutama dalam hal kanker,” ucap Peggy dalam webinar HUT RSCM ke 103 tahun mengenai tatalaksana rehabilitasi pasien kanker yang diikuti di Jakarta, Senin (31/10).
Ia mengatakan, pada proses rehabilitasi melibatkan berbagai disiplin spesialis seperti ahli onkologi, spesialis penyakit dalam, dan dokter-dokter yang ahli di bidang kanker lainnya. Selain itu tim rehabilitasi juga melibatkan fisioterapis, terapis okupasi, terapis wicara, teknisi ortosis prostetis (pembuatan kaki palsu) dan psikolog.
“Itu semua ikut terlibat dalam tim rehabilitasi kanker sehingga akan membentuk suatu program yang komprehensif. Di sini juga akan berkonsultasi dengan pasien apa saja keluhannya, apa saja masalah yang dihadapi, nanti program yang diberikan disesuaikan dengan aktivitas pasien dan harapan pasien dan keluarga,” ucap dokter dari RS Cipto Mangunkusumo ini.
Peggy mengatakan pasien yang perlu dilakukan rehabilitasi kanker adalah orang-orang yang sudah mulai mengalami keluhan di fisiknya seperti mudah lelah, mulai ada sesak, merasa lebih lemah dari sebelumnya dan sudah mulai tidak bisa lagi melakukan aktivitas sehari-hari nya seperti mandi, makan dan berpakaian.
“Selain fisik, mulai merasa tidak bisa konsentrasi lagi, jadi saat melakukan aktivitas tertentu tidak bisa konsentrasi. Kedua menjadi cepat merasa mengantuk, masih belum menerima terhadap kondisi kankernya, itu pasien-pasien yang bisa direhabilitasi kanker,” ucapnya dilansir dari Antara.
Tatalaksana rehabilitasi ini bisa dilakukan dengan obat-obatan dan terapi menggunakan alat seperti terapi kinesio untuk olahraga, program latihan fisik jika mudah lelah saat beraktivitas, pernapasan, latihan kebugaran dan juga latihan penguatan penguatan otot-otot tertentu terutama otot besar untuk mendukung aktivitas sehari-hari.
“Sebelum memberikan program biasanya kita berikan asesment yang menyeluruh. Kadang yang kelihatan di fisik tapi dibalik itu mungkin ada masalah lain yang lebih mendasar. Itu dinilai oleh dokter rehabilitasi targetnya apa, masalahnya apa, lalu program dokternya seperti apa,” ucap Peggy.
Pada frekuensi dan durasi rehabilitasi sendiri, Peggy mengatakan setiap perjalanan penyakit kanker beda-beda sehingga kebutuhan rehabilitasinya pun tergantung pada kondisi pasien.
“Sebagai dokter spesialis rehabilitasi harus melakukan asesmen penilaian pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus secara keseluruhan nanti bisa tahu secara keseluruhan masalah pada pasiennya targetnya apa nanti programnya akan ditentukan,” jelasnya.