Intime – Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Nur Afni Sajim menyoroti lemahnya pengawasan manajemen PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) praktik penyalahgunaan identitas sopir masih terjadi di lapangan
Menurut dia, lemahnya pengawasan dan rekrutmen membuat pelayanan transportasi publik itu rawan menimbulkan masalah.
Hal itu, kata dia, harus menjadi perhatian serius sehingga kenyamanan masyarakat dalam memanfaatkan moda transportasi massal dapat terjamin.
“Ada juga sopir namanya si A tapi orangnya bukan si A. Harusnya hari ini si A masuk, tapi A enggak bisa masuk. Nama di kartunya tetap A. Tapi orang aslinya itu bukan A. Ada yang kayak gitu di TransJakarta,” ucap Nur Afni saat dihubungi di Jakarta, Kamis (25/9).
Kenakalan praktik penyalahgunaan identitas sopir bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan yang kerap terjadi pada bus Transjakarta.
“Kita kan enggak tahu juga. Itu akibat kenakalan-kenakalan dan kurangnya kontrol dari pihak TransJakarta maupun dari pihak perusahaan yang bekerjasama dengan TransJakarta,” kata dia menegaskan.
Politisi Partai Demokrat itu menekankan pentingnya sistem kontrol yang ketat agar sopir yang mengemudikan bus benar-benar sesuai standar. Ia menilai, insiden tidak bisa diselesaikan hanya dengan pergantian pejabat di jajaran direksi PT Transportasi Jakarta (TransJakarta).
“Makanya saya bilang, ketika ada insiden, jangan langsung reaktif ganti orang,” ungkap Nur Afni.
Selain soal pengawasan sopir, Nur Afni juga menyinggung perlunya perencanaan matang di lapangan. Ia menyebut, manajemen TransJakarta harus melakukan monitoring berkelanjutan dengan berbagai pihak agar setiap jalan yang dilalui bus milik BUMD DKI tersebut tertib lalu lintas.
“Harus bekerja sama dengan Dinas Perhubungan untuk persiapan semaksimal mungkin rambu lalu lintasnya. Dipasang CCTV, marka jalannya, pembatasnya, begitu lho. Jadi orang pun mengemudi jadi enak juga,” jelas dia.
Nur Afni juga memperingatkan agar evaluasi TransJakarta dilakukan menyeluruh, bukan sekadar formalitas. Apalagi setiap rapat komisi, dirinya tak pernah bosan untuk mengkritik dan memberikan masukan kepada TransJakarta.
“Dan evaluasi pun juga jangan sekadar evaluasi, tapi bener-bener evaluasi,” tegas dia lagi.
Lebih lanjut, Nur Afni juga menyoroti kurangnya etika mengemudi dari sebagian sopir bus TransJakarta, ditambah dengan kondisi jalan di Jakarta yang sepenuhnya belum siap secara infrastruktur. Ia pun menyinggung kerja sama dengan perusahaan penyedia sopir outsourcing yang harus dievaluasi secara menyeluruh.
“Yang sudah kayak begini putus kontraknya. Jangan diperpanjang lagi sama TransJakarta. Sudah banyak nyawa manusia dibikin kayak nyawa binatang sama mereka,” kata dia memungkasi.