Intime – Ekonom Aspirasi Indonesia Research Institute, Yanuar Rizki, menilai tidak ada perubahan signifikan dalam kebijakan ekonomi nasional setelah Purbaya Yudhi Sadewa menggantikan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
Menurut Yanuar, perbedaan yang terlihat sejauh ini lebih bersifat pada gaya komunikasi dan penerimaan publik terhadap figur menteri, bukan pada substansi kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah.
“Sebenarnya kebijakan ekonominya tidak ada perubahan, hanya publik sudah bosan dengan Sri Mulyani dan yang mengemas Purbaya itu jago sehingga bisa menjadi media darling. Gaya Purbaya pun berbeda dengan Sri Mulyani,” kata Yanuar dalam acara diskusi roundtable ekonomi di Penn Deli Jakarta, Rabu (15/10).
Ia mencontohkan kebijakan pemotongan anggaran ke daerah yang sebelumnya banyak menuai kritik saat dikeluarkan oleh Sri Mulyani. Namun, ketika kebijakan serupa dilakukan oleh Purbaya, justru para kepala daerah yang menjadi sasaran kecaman publik.
“Apa yang dikatakan oleh Purbaya itu enak didengar oleh netizen, karena sudah bosan dengan Sri Mulyani. Padahal kebijakannya kan sama,” ujarnya.
Yanuar menyatakan, pemangkasan Data Transfer Daerah (DTD) seharusnya dipikirkan secara matang oleh pemerintah pusat. Karena, dengan berkurangnya dana yang masuk, daerah akan menccari sumber dana lainnya.
“Sementara, kemarin Kemendagri udah bilang,kalau daerah tidak bisa menaikan pajak. DTD dikurangi. Iya kalau daerahnya bisa mencari cara lain, seperti Jakarta yang katanya akan mengeluarkan obligasi daerah. Tapi apakah NTT bisa melakukan hal yang sama? kan belum tentu bisa,” ujarnya lagi.
Oleh karena itu, ia meminta pemerintah benar-benar melakukan kajian dalam mengeluarkan kebijakan ekonomi.
“Karena, jika kebijakan ekonomi ini salah, akan berpotensi menghentikan pergerakan ekonomi,” pungkasnya.