Intime – Ekonom sekaligus analis pasar modal, Ferry Latuhihin, mengkritik keras rencana Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa yang akan menarik dana Rp 200 triliun dari total Rp 425 triliun uang negara yang tersimpan di Bank Indonesia (BI).
Dana tersebut rencananya dialirkan ke perbankan komersial untuk menggerakkan sektor riil dan mendorong perekonomian nasional.
Ferry menilai kebijakan tersebut mencerminkan ketidakpahaman pemerintah mengenai pengelolaan cash balance. Menurutnya, langkah itu justru berpotensi membahayakan stabilitas fiskal.
“Ini aja dia tidak mengerti cash balance pemerintah yang diparkir di Bank Indonesia. Ini bahaya lho,” ujar Ferry di Jakarta, Kamis (11/9).
Ia menjelaskan, penarikan dana dalam jumlah besar berisiko mengganggu kebijakan fiskal dan membuat perekonomian menjadi lebih fluktuatif.
“Kebijakan fiskal bisa terganggu. Bikin ekonomi volatile,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ferry juga menepis klaim Menkeu Purbaya bahwa kebijakan tersebut akan memicu perputaran ekonomi di masyarakat. Menurutnya, realitas di lapangan justru menunjukkan penyaluran kredit perbankan sedang lesu.
“Lha, wong undisbursed loan menumpuk kok dan credit growth jatuh dari double digit ke 7 persen. Ini bukti dia tidak paham ekonomi sama sekali,” tambahnya.
Sebagai informasi, cash balance pemerintah adalah jumlah kas dalam rupiah maupun valuta asing yang tersedia di Rekening Kas Umum Negara (RKUN) di BI. Dana ini digunakan untuk membiayai pengeluaran negara sekaligus menjaga likuiditas agar kewajiban pemerintah dapat dipenuhi tepat waktu.
Pengelolaan cash balance dilakukan melalui Cash Management System (CMS) dengan tujuan mengoptimalkan penempatan dana, menghindari kekurangan kas, serta meminimalkan biaya pengelolaan.