Intime – Rencana Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk mulai berinvestasi di pasar modal pada awal tahun depan mendapat kritik tajam dari ekonom senior Ferry Latuhihin.
Ia menilai lembaga investasi negara tersebut tidak seharusnya terlibat dalam aktivitas perdagangan saham karena berpotensi menimbulkan penyimpangan.
“Danantara harusnya tidak boleh masuk ke pasar modal untuk bermain saham,” kata Ferry kepada awak media di Jakarta, Senin (17/11).
Menurut Ferry, pelibatan Danantara dalam investasi saham membuka peluang terjadinya moral hazard.
Ia mengkhawatirkan pihak eksekutor yang diberi kewenangan mengelola dana berpotensi memanfaatkan ruang tersebut untuk kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan negara.
“Sebab eksekutornya bisa memanfaatkan itu untuk memperkaya diri,” pungkas Ferry.
Ferry menilai lembaga pengelola investasi negara semestinya mengarahkan penempatan dananya pada instrumen strategis jangka panjang yang mendukung penguatan ekonomi nasional, bukan terjun ke instrumen berisiko tinggi seperti saham yang sangat rentan terhadap konflik kepentingan.
Sebelumnya, BPI Danantara menyatakan akan mulai berinvestasi di pasar modal Indonesia pada Januari 2026. Badan dengan dana kelolaan jumbo itu disebut-sebut dapat memperdalam pasar keuangan domestik, termasuk memberikan tambahan likuiditas yang signifikan.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman, dalam Capital Market Journalist Workshop di Ubud, Gianyar, Bali, Sabtu (15/11), menyebut Danantara akan menjadi salah satu pemain besar baru di bursa.
Ia menilai kehadiran Danantara dapat meningkatkan kepercayaan pasar sekaligus memperkuat ekosistem investasi nasional.
Namun, kritik dari Ferry menunjukkan bahwa masih terdapat kekhawatiran mengenai mekanisme pengawasan dan transparansi yang perlu diperketat sebelum Danantara mulai aktif bertransaksi di bursa.

