Intime – Football Institute merilis analisis performa pelatih tim nasional Indonesia, mulai dari Shin Tae-yong (STY), Patrick Kluivert, hingga pelatih timnas U-23 Indonesia, Gerard Vanenburg.
Hasil kajian menunjukkan, pada tahun pertama masa kepelatihan, ketiganya mencatat persentase kemenangan yang relatif serupa.
Founder Football Institute, Budi Setiawan, menjelaskan tidak ada perbedaan signifikan secara statistik antara tiga pelatih tersebut. Namun, masing-masing menghadapi tekanan yang berbeda sesuai target yang diemban.
“Jika bicara tekanan mental dan suporter, Patrick Kluivert harus menghadapi target lolos Round 4 Kualifikasi Piala Dunia, sementara Gerard Vanenburg berada dalam tekanan untuk membawa Indonesia lolos ke Piala Asia U-23 dan Olimpiade 2028,” kata Budi dalam keterangan resminya, Sabtu (13/9)
Statistik Shin Tae-yong
Sejak 2021, Shin Tae-yong tercatat memimpin 21 pertandingan bersama timnas U-23 Indonesia, dengan catatan 11 kemenangan dan 10 kekalahan. Pada tahun pertamanya, STY meraih dua kemenangan dari empat laga (50 persen kemenangan), namun juga menelan dua kekalahan.
STY berhasil mempersembahkan medali perunggu di AFF U-23 usai mengalahkan Malaysia lewat adu penalti, meski gagal lolos ke Piala Asia U-23 setelah kalah dari Australia.
Di timnas senior, STY memimpin skuad Garuda selama hampir empat tahun dengan 60 pertandingan: 26 kemenangan, 14 imbang, dan 20 kekalahan. Pada tahun pertama, ia meraih 46,7 persen kemenangan.
Prestasi terbaiknya adalah menjadi runner-up AFF 2022 setelah kalah dari Thailand di final, serta dua kemenangan penting di Kualifikasi Piala Asia.
Statistik Gerard Vanenburg
Gerard Vanenburg resmi menangani timnas U-23 sejak Juli 2025. Dari delapan laga, ia meraih empat kemenangan (satu di antaranya melalui adu penalti), dua imbang, dan dua kekalahan.
Di tahun pertamanya, ia mencatatkan 50 persen kemenangan, sama dengan pencapaian STY pada musim debut.
Statistik Patrick Kluivert
Patrick Kluivert ditunjuk menjadi pelatih timnas senior pada Januari 2025. Dalam tiga bulan pertama, ia langsung menghadapi laga berat di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Dari empat pertandingan, Kluivert mencatat dua kemenangan kontra China dan Bahrain, serta dua kekalahan melawan Jepang dan Australia.
Hasil itu cukup untuk membawa Indonesia lolos ke putaran keempat, capaian bersejarah yang diraih meski tanpa pemusatan latihan panjang.
Menurut Budi, membandingkan kinerja pelatih dari era yang berbeda tidak sepenuhnya adil karena setiap pelatih menghadapi konteks, lawan, dan kondisi yang berbeda.
“Kredit tinggi layak diberikan kepada Patrick Kluivert karena berhasil membawa Indonesia lolos ke Round 4 Kualifikasi Piala Dunia dengan lawan yang secara kualitas dan ranking berada di atas Indonesia, bahkan tanpa mendapat kesempatan TC,” ujar Budi.
Ia juga menekankan bahwa setiap keberhasilan pelatih memerlukan waktu dan proses. Shin Tae-yong, misalnya, baru bisa membawa Indonesia lolos ke Piala Asia pada tahun keempat masa kerjanya.