Intime – Pengamat politik Karel Susetyo menilai saat ini merupakan waktu yang tepat bagi Presiden RI Prabowo Subianto untuk melakukan reformasi di tubuh Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Pasalnya, dokumen Grand Strategy Polri (Granstra) yang menjadi pijakan reformasi Polri pasca 1998, tepat berakhir pada tahun ini.
Sebagai informasi, Granstra Polri merupakan panduan strategis yang disusun sejak 2005 hingga 2025. Dokumen tersebut memuat langkah-langkah strategis dan taktik kepolisian untuk mewujudkan Polri yang ideal sebagai lembaga sipil setelah berpisah dari ABRI.
“Setelah berpisah dengan ABRI (sekarang TNI), Polri sepenuhnya menjadi organisasi sipil dan memainkan peran penting dalam kehidupan demokrasi bangsa. Karena Polri lah yang menjaga rule of law dalam sistem demokrasi, sekaligus sebagai aparat penegak hukum, penjaga kamtibmas, dan pengayom masyarakat,” ujar Karel dalam keterangan tertulisnya, Minggu (14/9).
CEO Point Indonesia itu mengingatkan, pemisahan Polri dari TNI seharusnya juga menandai berakhirnya kultur militerisme dalam tubuh kepolisian. Namun, menurutnya, hingga kini Polri masih menunjukkan gaya militer, baik dalam seragam, kepangkatan, maupun narasi keseharian.
“Apa yang terjadi sekarang adalah Polri ini sipil tapi bergaya militer. Hal itu memengaruhi psikologis polisi, yang merasa dirinya seperti militer sehingga cenderung arogan di depan masyarakat yang seharusnya diayomi,” jelasnya.
Karel pun mendorong perubahan pada seragam Polri agar lebih sederhana dan mencerminkan karakter sipil. Menurutnya, perubahan tersebut dapat berdampak pada psikologis anggota kepolisian serta meningkatkan kepercayaan publik.
“Saya yakin dengan itu, Polri makin membumi dan dicintai masyarakat. Yang dibutuhkan adalah Polri disegani karena profesionalitasnya, bukan ditakuti karena seragam ala tentara,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya menghadirkan sosok kepolisian yang humanis. “Kita ingin melihat Polri yang humanis, bukan yang tampil layaknya kelompok paramiliter, apalagi sampai seperti Sunda Empire,” pungkas Karel.