Indef: Dampak Bansos Rp 30 Triliun Terbatas, Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh Moderat

Intime – Pemerintah kembali meluncurkan paket stimulus ekonomi di penghujung tahun 2025 berupa perluasan bantuan langsung tunai (BLT) senilai Rp 30 triliun.

Program ini menyasar 35.046.783 penerima manfaat di seluruh Indonesia. Selain itu, pemerintah juga menambah gelombang magang tahap II pada November 2025 dengan target 80.000 peserta.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (ndef), M Rizal Taufikurahman menilai, injeksi fiskal melalui bansos di kuartal IV 2025 akan membantu menjaga daya beli masyarakat agar tidak melemah, namun efek penggandanya terhadap ekonomi nasional diperkirakan terbatas.

“Konsumsi rumah tangga kemungkinan hanya tumbuh 5,0%–5,2%, mendekati namun belum melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksi 5,2%–5,5%,” tutur Rizal di Jakarta, Selasa (21/10).

Rizal menjelaskan, tren konsumsi rumah tangga dalam lima tahun terakhir menunjukkan pola moderat dengan kecenderungan melambat. Ia mencatat, konsumsi masyarakat sempat tumbuh 5,05% pada 2018–2019, lalu turun ke 4,82% di 2023, sedikit meningkat menjadi 4,94% di 2024, dan 4,97% pada Kuartal II 2025.

“Meski tetap menjadi kontributor terbesar PDB (sekitar 54,5%), pola ini menunjukkan daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih ke tingkat pra-pandemi,” ungkapnya.

Menurut Rizal, hal tersebut disebabkan karena bantuan sosial yang disalurkan pemerintah lebih banyak bersifat menjaga kebutuhan dasar masyarakat, bukan mendorong konsumsi baru.

“Artinya, stimulus ini lebih berfungsi menjaga stabilitas sosial dan daya beli jangka pendek, bukan mendorong lonjakan konsumsi yang signifikan,” katanya.

Ia menegaskan, strategi peningkatan konsumsi yang berkelanjutan tidak cukup hanya mengandalkan distribusi uang tunai. Pemerintah perlu mentransformasi bansos menjadi stimulus produktif, misalnya melalui peningkatan pendapatan riil, penciptaan lapangan kerja formal, dan membangun ekspektasi positif di kalangan konsumen.

Dengan langkah-langkah tersebut, Rizal memperkirakan konsumsi rumah tangga bisa tumbuh lebih kuat di kisaran 5,6%–5,8%, sementara pertumbuhan ekonomi nasional stabil di 5,2%–5,4%.

“Kondisi ini akan menunjukkan bahwa daya beli masyarakat benar-benar menjadi motor utama pemulihan ekonomi domestik,” ujarnya.

Adapun untuk kuartal IV 2025, Rizal memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,9%–5,2% year-on-year, dengan dorongan utama dari stimulus fiskal akhir tahun, termasuk bansos, subsidi energi, dan peningkatan konsumsi musiman.

Sementara untuk keseluruhan tahun 2025, Indef memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi nasional berada di sekitar 5,0%–5,1%.

“Meskipun ada akselerasi pada kuartal akhir, pertumbuhan pada kuartal sebelumnya masih cukup moderat, termasuk konsumsi rumah tangga yang belum mencapai potensi maksimal,” tutup Rizal.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini