Intime – Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie mengkritik pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta relawannya mendukung pasangan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka untuk melanjutkan dua periode pemerintahan.
Menurut Jerry, pernyataan tersebut tidak konsisten dan sarat kepentingan politik.
“Raja Jawa (Jokowi -red) mulai ngibul lagi. Dia menyebut mendukung sejak awal Prabowo–Gibran dua periode. Padahal, jika bicara skenario politik, banyak hal bisa berubah,” kata Jerry, Senin (22/9).
Ia menilai ada sejumlah kemungkinan peta politik ke depan. Pertama, jika terjadi pemakzulan, maka sebelum periode Gibran berakhir, ia sudah bisa turun lebih dulu. Kedua, Prabowo diprediksi tak lagi berpasangan dengan Gibran.
Beberapa nama disebut Jerry berpotensi menjadi opsi, seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sufmi Dasco Ahmad, Anies Baswedan, hingga skenario Prabowo–Puan Maharani jika terjadi kesepakatan antara Gerindra dan PDIP. Skenario ketiga, lanjut dia, Gibran bisa saja mencari kendaraan politik baru.
“Ada kemungkinan Gibran menumpang di PSI yang identik dengan Partai Gajah. Ada isu, digadang-gadang akan berduet dengan mantan Bupati Purwakarta sekaligus Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi,” ujar Jerry.
Ia juga menyinggung dinamika politik di Solo yang menurutnya berperan dalam mengiringi isu tersebut.
“Kemarin ada demo, saya kira geng Solo ikut bermain. Setelah gagalnya upaya kudeta terhadap Prabowo, muncul pernyataan Jokowi yang mengaku sejak awal menginstruksikan relawannya mendukung Gibran dua periode bersama Prabowo,” ujarnya.
Lebih lanjut, Jerry menilai Gibran belum memiliki kapasitas untuk mendampingi Prabowo kembali.
“Kalau melihat kualitas dan kapasitasnya, Gibran lebih sering hanya memantau kondisi pasar. Tak ada kelebihan dan keahlian signifikan, sehingga sulit mengimbangi Presiden Prabowo,” katanya.
Jerry juga menyindir rekam jejak Jokowi sejak proyek mobil Esemka hingga kini yang menurutnya penuh kontroversi.
“Ucapan Jokowi makin sulit dipercaya akademisi, kecuali oleh mereka yang buta huruf atau otaknya kosong. Mereka yang tetap percaya hanya akan menelan mentah-mentah setiap omongan sang ‘Raja Jawa’,” pungkasnya.