Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Wa Ode Herlina yang fokus di bidang transportasi mengaku tak setuju dengan wacana Menteri BUMN, Erick Thohir yang akan menutup operasional Stasiun Karet, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Menurut dia, letak Stasiun Karet sangat strategis, lantaran dekat dengan kawasan perkantoran, apartemen, perguruan tinggi, sekolah, hingga pasar.
Di sisi lain, Stasiun Karet saat ini melayani berbagai rute KRL, seperti Karet-Bekasi, Karet-Cikarang, Karet-Angke, Karet-Kampung Bandan, Karet-Manggarai, Karet-Tambun, dan Karet-Duri
“Karena kan warga tuh udah nyaman ya, turun di situ. Banyak banget loh yang di situ. Meskipun padat, mereka turun di situ tuh ke sana, ke sini ya, naik dari situ. Atau mungkin diakalin apalah gitu, kalau menurut saya nggak usah ditutup ya,” kata Wa Ode di gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Selasa (7/1).
Politikus perempuan PDI Perjuangan ini meminta, Menteri Erick untuk mengkaji lebih jauh soal wacana penutupan Stasiun Karet. Sebab ia menilai, keberadaan stasiun itu masih dibutuhkan masyarakat, meskipun lokasinya penuh sesak.
“Aku sih tolong dikaji dulu ya, tolong dikaji (penutupan Stasiun Karet), karena aku liatnya tuh orang lebih banyak turun di karet, meskipun agak crowded, karena lebih mudah aksesnya ke sana, ke sana, ke sana, iya,” papar dia.
Lebih lanjut, ucapnya, alangkah baiknya pemerintah pusat khusunya PT KAI menampung dulu saran dari warga perihal rencana penghentian operasi Stasiun Karet ini.
“Jadi kalau aku sih sarannya dikaji dulu, meskipun memang serem sih, maksudnya tuh kalau turun di situ, langsung ada rel penyebrangan, terus di bawah jembatan, terus nyebrang-nyebrang gitu memang, tapi tolong dikaji dulu deh,” paparnya.
Diberitakan sebelumnya, Stasiun Karet direncanakan ditutup tahun ini karena jaraknya dinilai terlalu dekat dengan Stasiun BNI City. Untuk efisiensi layanan, penumpang di Stasiun Karet dapat berpindah ke Stasiun BNI City atau Stasiun Sudirman untuk mendukung ekosistem Kereta Bandara.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, langkah ini dilakukan sebagai upaya mengoptimalkan ekosistem perkeretaapian, salah satunya operasional kereta bandara.
“Ini yang tadi dibilang kan bagaimana membangun ekosistem seperti tadi. Mungkin di (stasiun) Karet, ditutup,” ucap Erick di Stasiun BNI City, Jakarta Pusat, yang dikutip, Rabu (1/1).
Erick menuturkan, kinerja kereta bandara kurang maksimal dalam penyerapan potensi penumpang. Adapun dari 56 juta penumpang Bandara Soekarno Hatta, ditargetkan 10 juta penumpang atau sekitar 20 persen menggunakan kereta bandara. Namun, realisasinya hanya melayani 1,5 juta penumpang per tahun.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha dan Kelembagaan PT KAI, Rudi As Aturridha menilai keberadaan Stasiun Karet tidak lagi efisien lantaran jaraknya yang terlalu dekat dengan Stasiun BNI City, sebagai salah satu lokasi pemberangkatan kereta bandara. Sehingga, lanjut dia, untuk penumpang KRL yang ingin ke Karet dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
“Stasiun karet ditutup karena sudah dekat sekali dengan BNI City. Jadi, kalau orang yang mau ke Karet, dia tinggal jalan saja. Kan kita sudah buat yang selasarnya sampai ke BNI City. Sehingga trafiknya pun akan lebih cepat,” imbuhnya.
Penutupan Stasiun Karet masih dibahas dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Secara resminya, Stasiun Karet akan ditutup jika sudah ditetapkan dalam Grafik perjalanan kereta api (Gapeka) 2025.
Nantinya setelah operasional Stasiun Karet resmi ditutup, KAI hanya akan melayani naik atau turun penumpang KRL di Stasiun BNI City.