Kalibrasi Fanny Soegi yang Kini Memilih Frekuensi Sendiri
Maaf jika belum bisa terkalibrasi…
Sebuah pernyataan singkat muncul dari vokalis yang selalu berbusana etnis, tanpa alas kaki alias nyeker, dan selalu membagi-bagikan bunga kepada para penonton. Yak, Fanny Soegiarto pada awal bulan lalu baru saja mengumumkan undur diri dari band yang selama 4 tahun terakhir telah membesarkan namanya, Soegi Bornean. Dalam pernyataannya disebutkan bahwa keputusannya diambil secara matang dan tidak gegabah. Dirinya juga menegaskan tetap akan bermusik sembari menegaskan akan tetap membawakan 8 lagu ciptaanya dan Dimec Tirta F secara legal.
Perlu diakui bahwa kehadiran Soegi Bornean di kancah musik Indonesia menjadi oase dari ragam jenis musik lain yang bermunculan. Mereka bertiga start dari Kota Lumpia Semarang, berhasil mengkalibrasikan musik folk jawa kalimantan dengan pilihan diksi yang tak pasaran. Perlu diketahui pula bahwa nama Soegi yang berarti kaya dalam bahasa jawa serta bornean yang lekat dengan Kalimantan, juga mengandung arti lain. Yakni nama belakang dari Fanny yang ternyata juga berdarah kalimantan.
Nama Soegi Bornean selain moncer karena lagu dan ~imut vokalisnya~ juga pernah menjadi pembahasan karena diksi lirik yang digunakan. Sebut saja soal asmara terkalibrasi yang sempat menjadi a thread di media sosial X hingga konteks ilmu sains. Begitu pula dengan sang vokalis yang juga sempat menjadi perbincangan ketika saling melempar pesan kepada vokalis band industrial metal Otong Koil atau saat dirinya baru-baru ini menjadi juri dalam Srikandi Kretek Festival.
Jalan Terjal Sebuah Band Berganti Vokalis
Berkaca dari kejadian band di Indonesia, pergantian personel di departemen vokal merupakan hal berat meski tidak mutlak memberatkan. Sebut saja Dewa 19 saat Ari Lasso kepada Once, ADA band dari Baim ke Doni, atau Pure Saturday saat Suar diganti Iyo adalah sejumlah contoh lolos dari mitos susahnya pergantian posisi vokal yang kebetulan semuanya kaum adam. Dalam kasus band yang vokalisnya cewek, Cokelat bisa menjadi pelajaran dan petikan hikmah bahwa pergantian vokal tak gampang dilakukan hingga akhirnya Kikan kembali. Hal ini terjadi dan tak lagi sama dirasakan ketika Momo Geisha diganti, Risa Homogenic mundur, Pia Utopia hengkang, dan kini Fanny Soegi undur diri.
Beda Pendapat atau Pendapat-an?
Alasan klise dari sebuah band yang ditinggal personilnya atau terpecah adalah karena perbedaan visi misi. Mereka yang tadinya sepakat menjadi tak sependapat. Dalam kasus Fanny Soegi, meski belum membeberkan alasan apa yang membuatnya tak lagi #Bersoegiria. Namun terdapat statement yang akan tetap berkarya serta membawakan 8 lagu ciptaannya saat masih dengan Soegi Bornean. Ah, apa iya karena beda pendapat? Jelas sudah pasti ada sesuatu di dalam band yang kabarnya berangkat dari sebuah komunitas. Soegi Bornean sudah tak jadi satu-satunya sang garwa pambage pelipur lara. Hal ini ditandai dengan tak adanya text ‘kabar baik’ dalam foto/ gambar unggahan terbarunya yang sebelumnya selalu menjadi karakter band. Jika terdapat penekanan akan sejumlah lagu yang akan dibawakan oleh Fanny Soegi, mungkinkah perpecahan terjadi karena perbedaan pendapat-an.
Tak butuh waktu hingga satu putaran purnama, rasa penasaran itu terjawab setelah Fanny Soegi mengunggah foto yang menampilkan dirinya diapit oleh para lelaki yang tak lain adalah sebagian pemain musik si Soegi Boernan, minus sang gitaris bernama ilyas yang digantikan oleh Damar, gitaris lama yang kini masuk kembali untuk memperkuat Fanny Soegi, kemudian juga terdapat Bagas, gitaris Soegi Bornean dan additional Keyboardis Soegi Bornean. Fanny Soegi juga baru saya diberitakan telah bergabung dengan VtmnD, sebuah Record label milik Vindes sebagai musisi solo. Dibawah bendera VtmnD, Fanny Soegi merilis single baru berjudul dharma pada 21 Maret 2024.
Kelanjutan Soegi Bornean Setelah Ditinggal Fanny Soegiarto
Bagi saya, mundurnya Fanny dari Soegi Bornean bagaikan orang yang pernah mentato badannya dengan nama sang pacar lalu kemudian diputus. Jelas butuh waktu lama untuk kemudian menghapus, merubah status, atau berpikir mungkin lebih baik untuk kemudian hiatus. Meski terdapat penjelasan bahwa Soegi Bornean tetap akan melanjutkan perjalanan tanpa Fanny. Tapi, nama Soegi Bornean memang terlalu ke Fanny-fanny an, perlu formula baru untuk membuat publik tidak kemudian ngebanding-bandingke dan berharap mengerti bahwa di hati ini hanya ada dik Fanny.
Untuk mengisi kekosongan posisi vokalis, Soegi Bornean nampaknya harus bersiasat lebih sat set dan bat bet. Karakter folk etnis yang diusung memang seperti angka tiga belas yang tak ada duanya. Jika sebelumnya unsur Kalimantan yang ditonjolkan, bisa jadi saat ini Soegi Bornean perlu sejenak pulang kampung dengan menonjolkan etnis Jawa Tengah. Menggandeng pedangdut Resa Lawang sewu misalnya, atau bercanda dengan Pagiboeta Band, adalah jalan ninja untuk menegaskan bahwa Soegi Bornean saat ini Semarang tulen. Ya, setidaknya untuk sementara saja sembari sejenak melompat dari hingar bingar. Toh, terlalu banyak juga perjalanan #Kabarbaik yang tergelar sepanjang dua atau tiga tahun terakhir. Saatnya bersemedi untuk move on dari Fanny, sambil menyiapkan hal baru yang pasti akan dinanti. Tentunya dengan frekuensi yang lebih terkalibrasi.