Intime – Sebuah peternakan ayam yang dikelola secara profesional berdiri megah di atas lahan luas sekitar 5.000 meter persegi di kawasan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Peternakan ini dikenal dengan nama Raja Laut Farm (RLF) yang dimiliki oleh H. Muhammad Idris, anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai NasDem.
Raja Laut Farm murni difokuskan untuk pembibitan ayam kontes berkualitas, dengan menghasilkan ayam sehat, kuat, dan siap kontes resmi.
Sejak memasuki gerbang, pengunjung langsung disambut dua patung ayam jantan kokoh, seolah menegaskan identitas tempat ini. Di dalamnya, kandang-kandang ayam tertata rapi dengan sistem penangkaran berjenjang. Suasana peternakan terasa teratur, bersih, dan hidup.
Kokok ayam bersahutan sejak pagi, sementara para pekerja sibuk memberi pakan berupa jagung giling, membersihkan kandang, hingga menjemur beberapa ayam jantan di bawah sinar matahari.
Tata kelola kandang, perawatan intensif, serta prestasi di ajang kontes resmi adalah bukti nyata bahwa RLF adalah peternakan profesional.
“Jadi kalau ada yang bilang ini arena judi, itu tidak benar,” tegas Idris kepada wartawan, Sabtu (27/9).
Kini, Raja Laut Farm bukan hanya sekadar peternakan, melainkan juga sentra ayam bangkok unggulan yang dikenal di kalangan penghobi dari berbagai daerah. Kombinasi antara lahan luas, manajemen rapi, dan dedikasi sang pemilik menjadikan RLF salah satu rujukan utama para pencari ayam kontes terbaik.
“Bagi saya, beternak ayam ini bukan cuma usaha, tapi juga hobi yang saya jalani puluhan tahun. Kalau dilakukan dengan serius, hasilnya bisa membanggakan,” ucap Idris.
Idris bercerita, kecintaannya pada ayam bangkok sudah dimulai sejak ia masih duduk di bangku sekolah. Kala itu ia terbiasa melihat ayahnya memelihara ayam, dan tanpa sengaja ikut terlibat dalam perawatan.
“Sejak kecil saya melihat bapak saya pelihara ayam bangkok, dan tanpa sengaja saya juga ikut pelihara ayam, meski ayam lokal biasa, dan suatu saat saya diberi kepercayaan untuk memelihara ayam sendiri,” kenang pria yang kini juga menjabat sebagai Ketua Umum PPAKN (Perkumpulan Penghobi Ayam Kontes Nasional).
Dari satu kandang sederhana, usaha itu berkembang menjadi kandang kedua, ketiga, hingga kini terpisah di sejumlah lokasi. Idris mengaku sudah lebih dari dua puluh tahun menekuni dunia perayaman, sehingga hafal betul konsep beternak ayam kontes.
Menurut Idris, perkembangan ayam kontes di dunia banyak mengacu ke Thailand. Tak heran, ia rutin berkunjung ke Negeri Gajah Putih setidaknya dua kali dalam setahun. Dari sanalah ia membeli bibit unggul sekaligus belajar langsung cara merawat ayam kontes.
“Awalnya saya beternak ayam lokal. Namun belakangan saya mengikuti perkembangan perayaman di dunia, dan acuan saya untuk beternak ayam kontes adalah Thailand. Dari para peternak di Thailand itulah saya merasa lebih tertarik lagi untuk mengembangkan banyak hal,” ujarnya.
Baginya, ada kebanggaan tersendiri ketika ayam hasil ternaknya mampu menjuarai kontes. Namun Idris menekankan, menghasilkan ayam juara bukan perkara mudah.
“Tidak mudah menciptakan ayam champion. Sebab ayam champion lahir dari darah ayam champion juga. Ayam yang champion saja belum tentu bisa menjadi champion, apalagi ayam yang tidak champion. Jadi menurut saya ayam bagus lahir dari keturunan yang bagus pula, serta dari proses penyilangan yang tepat,” tegasnya.
Ia juga mengakui, mendatangkan ayam berkualitas dari luar negeri tidaklah mudah, apalagi dengan harga fantastis. Karena itu, beternak dengan standar tinggi menjadi cara terbaik untuk menghasilkan ayam juara dalam negeri.
Di RLF, ayam-ayam dipelihara dengan sistem skat kandang sesuai fase kehidupannya: mulai dari kandang anakan, kandang masa pertumbuhan, kandang pengobatan, hingga kandang ayam siap kontes.
“Semua ada tahapannya. Dari kecil dipisahkan, pindah ke kandang pertumbuhan, kalau sakit ada kandang pengobatan, sampai ke kandang ayam siap kontes. Setelah itu diumbar dan dirawat lebih intensif,” jelas Idris.
Dengan sistem ini, perkembangan ayam dapat terpantau jelas dan kesehatannya lebih terjamin. Para pekerja rutin memberi vitamin, makanan khusus, dan melakukan latihan fisik agar ayam-ayam tumbuh kuat.
Saat ini terdapat sekitar tiga ribu ekor ayam bangkok di RLF, mayoritas keturunan unggul dari Bangkok, Thailand. Harga ayam di sini bervariasi, mulai Rp 8 juta hingga Rp 12 juta per ekor untuk usia 6–7 bulan. Namun, ayam dengan prestasi kontes bisa bernilai jauh lebih tinggi.
Salah satu ayam fenomenal dari RLF adalah Sarmila, yang pernah tiga kali menjuarai kontes hingga menghadiahkan sebuah mobil untuk Idris. Pernah ditawar Rp 140 juta, Sarmila tetap tidak ia lepas.
“Sarmila sudah mati, tapi anak-anaknya tetap saya rawat. Itu warisan prestasi,” kenangnya.
Meski memiliki ribuan ayam, Idris memilih metode alami. Ia menolak penggunaan mesin penetas dan lebih mempercayakan proses perkembangbiakan kepada indukan.
“Biar alami saja. Vaksin jangan kena matahari, vitamin harus rutin. Semua harus telaten. Itu kuncinya,” katanya.
Dari kandang Raja Laut Farm (RLF) Idris membuka lapangan pekerjaan dari warga sekitar. Diakuinya ada 10 orang yang membantunya bekerja di RLF.