Khawatir Resesi, Harga Minyak Kembali turun di Pasar Asia

Harga minyak memperpanjang penurunan untuk sesi ketiga berturut-turut di pasar Asia pada Rabu (12/10) pagi. Pangkalnya, investor khawatir tentang pukulan terhadap permintaan bahan bakar dari meningkatnya risiko resesi global dan pengetatan pembatasan Covid-19 di China.

Minyak mentah berjangka Brent merosot 51 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 93,78 dolar AS per barel pada pukul 00.33 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan di 88,66 dolar AS per barel, tergelincir 69 sen atau 0,8 persen. Kedua harga acuan melemah 2,0 persen di sesi sebelumnya.

Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (11/10) memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk 2023 dan memperingatkan peningkatan risiko resesi global.

Tetapi IMF juga mendesak bank-bank sentral untuk terus berjuang melawan inflasi bahkan ketika investor khawatir pembuat kebijakan dapat memicu penurunan ekonomi yang tajam dengan menaikkan biaya pinjaman terlalu cepat dan terlalu tinggi.

Secara terpisah, Presiden Fed Bank of Cleveland, Loretta Mester mengatakan Federal Reserve AS perlu terus maju dengan pengetatan kebijakan moneter karena belum mengendalikan inflasi.

Dolar menguat secara luas semalam, setelah seorang pejabat tinggi bank sentral Inggris (BoE) mengatakan kepada para manajer dana pensiun untuk menyelesaikan penyeimbangan kembali posisi mereka pada Jumat (14/10), ketika bank sentral Inggris akan mengakhiri program pembelian obligasinya.

Dolar yang lebih kuat membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lain dan cenderung membebani minyak dan aset-aset berisiko lainnya.

Pedagang dengan hati-hati menunggu rilis data indeks harga konsumen (IHK) AS pada Kamis (13/10), kata analis CMC Markets Tina Teng.

“Data yang lebih panas dari perkiraan dapat kembali memicu sentimen investor, yang akan mengintensifkan ketakutan resesi saat ini, menekan harga minyak lebih lanjut,” kata Teng dilansir dari Antara.

Pasar minyak juga tertekan oleh pengetatan pembatasan COVID-19 di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia.

Kota-kota besar China termasuk Shanghai dan Shenzhen telah meningkatkan pengujian COVID-19 dan memperketat pembatasan setelah infeksi naik ke level tertinggi sejak Agustus.

“Otoritas China mengindikasikan bahwa tidak akan ada relaksasi dalam kebijakan COVID-19 mereka, yang semakin memperburuk situasi permintaan,” kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.

Di sisi penawaran, stok minyak mentah AS diperkirakan telah meningkat 1,8 juta barel dalam seminggu hingga 7 Oktober, setelah turun dua minggu sebelumnya, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Selasa (11/10).

Data persediaan tertunda satu hari dalam minggu ini karena hari libur pada Senin (10/10/2022). Data industri dari American Petroleum Institute akan dirilis pada Rabu pukul 16.30 waktu setempat (20.30 GMT), sementara Badan Informasi Energi AS akan merilis datanya pada pukul 11.00 waktu setempat (15.00 GMT) pada Kamis (13/10).

Pekan lalu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, memutuskan untuk memangkas target produksi mereka sebesar 2 juta barel per hari.

Pengetatan prospek pasokan setelah pengumuman OPEC+ kini “sebagian besar diabaikan oleh pasar”, kata ANZ.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini