Manuver Budi Arie ke Gerindra Tanda Pragmatisme Kekuasaan dan Upaya Selamatkan Projo Pasca Era Jokowi

Intime – Rencana Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, untuk bergabung dengan Partai Gerindra dinilai bukan sekadar manuver politik biasa.

Pengamat politik Selamat Ginting menilai langkah tersebut disebut mencerminkan pragmatisme kekuasaan sekaligus strategi bertahan hidup di tengah perubahan peta politik pasca-era Presiden Joko Widodo.

“Ketika Budi Arie menyatakan baru mau bergabung dengan Gerindra, belum ada penetapan, tapi sudah menarik dan ada juga maknanya,” ujar Selamat Ginting dalam kanal YouTube Abraham Samad, Rabu (12/11).

Kata Ginting, langkah Budi Arie memperlihatkan orientasi politik yang sejak awal memang berakar pada kekuasaan, sebagaimana arah gerakan relawan Projo yang dibentuk untuk mendukung Jokowi.

“Ini pragmatisme kekuasaan yang ada di Budi Arie sebagai pimpinan Projo. Karena orientasi yang dibangun ketika membentuk relawan, orientasinya kekuasaan,” jelasnya.

Ginting menilai, setelah Jokowi tidak lagi menjabat sebagai presiden, Projo kehilangan sumber daya dan relevansi politiknya. Dalam konteks itu, upaya Budi Arie mendekat ke Gerindra dapat dibaca sebagai strategi menjaga eksistensi politik pribadi dan organisasi.

“Bergabung dengan Gerindra bisa dibaca sebagai strategi bertahan hidup bagi Projo dan Budi Arie,” ujarnya.

Ia menambahkan, pilihan merapat ke partai pemenang pemilu presiden merupakan langkah yang rasional dalam logika politik kekuasaan.

“Gerindra adalah partai pemenang pemilu presiden. Partai atau tokoh yang berkuasa itu adalah gula-gula bagi para politikus,” terang Ginting.

Selamat Ginting pun menyimpulkan, keputusan Budi Arie dan Projo untuk mulai menjauh dari bayang-bayang Jokowi merupakan bentuk adaptasi politik agar tetap relevan di panggung kekuasaan yang kini dikuasai Prabowo-Gibran.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini