Mental Baja Canya Prasetyo: Dari Mobil Terbalik Hingga Gelar Pereli Wanita Terbaik

Oleh: Achmad Rizki, Eks Wartawan Jawa Pos

Di balik helm dan seragam reli yang penuh debu, ada sosok muda yang sedang menorehkan jejak besar. Namanya Canya Prasetyo. Akhir pekan lalu, gadis yang akrab disapa Canya itu pulang dari Kejuaraan Nasional Sprint Rally 2025 di Sirkuit POJ City, Semarang, dengan kepala tegak. Ia tak hanya membawa pulang trofi Juara Pertama Kelas Wanita, tapi juga kisah dramatis yang membuat publik terperangah: mobilnya sempat terguling, namun ia tetap melaju hingga garis finis.

Terbalik, tapi Tidak Tumbang

Semua berawal di Putaran 1, SS2. Mitsubishi Evo X yang dikendarai Canya bersama navigatornya, M. Herkusuma, terguncang hebat hingga terbalik. Penonton menahan napas, sebagian sudah mengira balapan usai bagi pereli muda ini. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Canya tetap tenang. “Sebenarnya aku sudah bisa merasakan kalau akan terjadi sesuatu. Jadi rasa paniknya bisa aku kontrol,” tuturnya. Saat mobil kembali tegak, Herkusuma sigap memberi aba-aba. Mesin dihidupkan lagi, gas diinjak, reli pun dilanjutkan. Bukannya berhenti, pasangan ini malah mengakhiri Putaran 1 sebagai yang terbaik di kelas Wanita.

Bangkit di Putaran 4

Insiden itu ternyata jadi titik balik. Alih-alih terpuruk, Canya menjadikannya pelajaran berharga. Dua hari berselang, Putaran 4 digelar di lintasan yang sama. Kali ini, ia tampil lebih matang, lebih berani, dan lebih percaya diri.

Targetnya sederhana tapi ambisius: menembus lima besar di kelas M1—kelas yang penuh pereli tangguh. Hasilnya? Canya berhasil menutup catatan waktu di posisi kelima dengan total 21 menit 07,2 detik. “Ada rasa takut, pasti. Tapi aku harus lawan karena targetku lima besar. Alhamdulillah bisa tercapai,” ujarnya, tersenyum puas.

Warisan Darah Balap

Prestasi itu kian istimewa karena Canya bukan datang dari ruang hampa. Ia adalah putri dari pereli senior H. Prasetyo Edi Marsudi, yang mewariskan lebih dari sekadar nama besar. Dari sang ayah, ia belajar bahwa balapan bukan hanya soal kecepatan, melainkan juga mental baja.

Maka tak heran jika di lintasan berdebu Semarang, ketangguhan mental itu benar-benar tampak. “Balapan kemarin seru banget, ada 6 SS di dua seri. Track-nya lengkap, ada high speed, belokan tajam, winding. Pokoknya Semarang keren banget,” kata Canya, matanya berbinar.

Dua Dunia, Satu Fokus

Bukan hal mudah bagi Canya menyeimbangkan dua cabang sekaligus: Sprint Rally dan Slalom. Ia harus terus beradaptasi dengan karakter mobil berbeda, terutama Evo yang dipakainya di Sprint Rally. Namun, bagi Canya, semua itu bagian dari perjalanan. “Strategi utamaku selalu adaptasi sama mobil. Itu kunci supaya bisa konsisten,” ungkapnya.

Masa Depan Pereli Perempuan

Di akhir pekan itu, publik reli tanah air tak hanya menyaksikan balapan penuh adrenalin. Mereka juga menyaksikan munculnya bintang baru. Bukan sekadar pereli perempuan, tapi pereli bermental baja yang mampu menaklukkan rasa takut, bangkit dari keterpurukan, dan menjadikannya batu loncatan menuju prestasi.

Nama Canya Prasetyo kini bergema lebih keras. Dari mobil terbalik di SS2, hingga podium juara, ia telah membuktikan satu hal: dalam reli, sebagaimana dalam hidup, mental baja bisa mengubah keterpurukan menjadi kemenangan.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini