Intime – Sebanyak 63 siswa dari 34 titik di seluruh Indonesia berkompetisi dalam final Olimpiade Genomik Indonesia (OGI) 2025, yang berlangsung dari 22 hingga 24 Agustus 2025.
Ajang ini menjadi bukti bahwa minat dan bakat sains, khususnya genomik, tumbuh subur tidak hanya di kota besar, tetapi juga hingga ke daerah terpencil.
OGI 2025 yang diinisiasi oleh Indonesia Mengajar dan Regene Academy ini berhasil menghadirkan panggung inklusif bagi pelajar dari berbagai penjuru Tanah Air.
Banyak peserta, seperti Prajanita Oktavianty Korowa dari SD Katolik Santa Laurensia Wasior, Papua Barat, harus menempuh perjalanan berhari-hari menggunakan berbagai moda transportasi untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Jakarta dan merasakan pengalaman praktik di laboratorium modern.
Olimpiade ini dirancang untuk memperkenalkan genomik—cabang ilmu biologi yang mempelajari seluruh DNA organisme—kepada generasi muda. Rangkaian acara dimulai dengan kunjungan laboratorium dan puncaknya adalah kompetisi nasional yang ketat.
Para finalis tidak hanya diuji teori mereka, tetapi juga kemampuan praktik langsung di laboratorium Departemen Biologi FMIPA UI, seperti ekstraksi DNA, kultur sel, teknik PCR, dan elektroforesis agarosa.
Kolaborasi berbagai pihak, termasuk Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), BRIN Pusat Biomedis, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, serta sejumlah perusahaan dan media, membuat ajang ini tidak sekadar lomba, tetapi juga wadah untuk membangkitkan rasa ingin tahu dan minat terhadap sains.
Acara puncak yang digelar di Gedung Kemendikdasmen pada 24 Agustus 2025 menjadi momen penghargaan bagi perjalanan panjang para finalis yang telah berani mencoba, belajar, dan bertumbuh, sesuai dengan semangat OGI: Belajar, Bertumbuh, Bersinar!
OGI 2025 tidak hanya mencetak juara, tetapi juga menanamkan benih kecintaan pada sains dan membuka wawasan tentang pentingnya genomik serta pendidikan STEM bagi masa depan Indonesia.
