Intime – PAM Jaya tengah menyiapkan rencana besar membangun jalur pipa untuk menghadirkan pasokan air bersih langsung dari daratan Jakarta ke Kepulauan Seribu melalui sistem perpipaan (pipanisasi).
“Program ini merupakan hasil tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pihak mitra ahli (expertise) yang akan mendukung pembangunan jaringan perpipaan sepanjang sekitar 110 kilometer,” kata Direktur Operasional PAM Jaya Syahrul Hasan di Jakarta, dikutip Sabtu (11/10).
Syahrul menyebut, terobosan ini bermula saat Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno melakukan kunjungan ke Turki dan mempelajari sistem suplai air bersih atau air minum di sana.
Menurut dia, saat ini suplai air bersih untuk masyarakat Kepulauan Seribu masih mengandalkan teknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) dan Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO).
“Selama ini air laut diolah dengan SWRO dan langsung disalurkan kepada masyarakat. Kemudian, ada juga BWRO dengan memanfaatkan air tanah. Namun, dalam rencana ke depan, air akan langsung dikirim dari instalasi pengolahan air di Jakarta menuju Kepulauan Seribu melalui sistem perpipaan,” jelas Syahrul.
Dalam diskusi Ngobrolin Jakarta (Ngojak) yang diinisiasi Lintas Generasi Aktivis (LIGA) Pro Jakarta itu, dia mengatakan jaringan pipa ini akan menghubungkan delapan pulau permukiman yang menjadi prioritas layanan PAM Jaya.
“Panjang pipa yang dibutuhkan sekitar sekitar 110 kilometer. Tentu yang menjadi tantangan adalah lalu lintas laut di sekitar pulau-pulau yang akan dilalui pipa,” ujar Syahrul.
Saat ini, kata dia, pihaknya masih mengkaji pipa yang akan dibuat mengapung (floating pipeline) atau dipasang dengan sistem lain.
Proyek pipanisasi ini diharapkan menjadi terobosan besar sekaligus warisan (legacy) bagi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dalam mencapai target 100 persen cakupan layanan air bersih pada tahun 2029.
“Kami berharap proyek ini dapat terealisasi segera, sebelum tahun 2029, sesuai dengan target Gubernur untuk cakupan layanan air minum 100 persen di Jakarta,” ucapnya.
Lebih lanjut, Syahrul menyebut, biaya pokok produksi air bersih dengan sistem SWRO di Kepulauan Seribu saat ini masih sangat tinggi, yakni sekitar Rp 40 ribu per meter kubik.
Namun, masyarakat hanya membayar Rp 1.000 hingga penggunaan per tiga meter kubik.
“Secara bisnis memang tidak ada keuntungan karena biaya produksinya jauh di atas tarif pelanggan. Tapi jika air bisa langsung didorong dari Jakarta, tentu akan ada efisiensi besar yang bisa kami capai,” paparnya.
Syahrul menyebut, pihaknya masih membahas terkait teknis dan ekonomi dengan pendampingan dari para ahli. PAM Jaya berharap, proyek pipanisasi ini dapat segera dimulai dan menjadi solusi permanen atas keterbatasan air bersih di Kepulauan Seribu.
“Doakan saja semoga bisa segera terwujud. Ini adalah proyek strategis yang sangat penting bagi pemerataan pelayanan publik di wilayah Kepulauan Seribu,” ujar Syahrul.
Sementara itu, mewakili LIGA Pro Jakarta M Syaiful Jihad sangat mendukung rencana Perumda PAM Jaya untuk menyuplai kebutuhan air bersih di Kepulauan Seribu melalui jaringan perpipaan dari daratan Jakarta.
“Kepulauan Seribu adalah destinasi wisata unggulan yang harus berkelas internasional dengan ketersediaan air bersih memadai,” katanya.
Direktur Eksekutif Jakarta Public Service (JPS) ini berharap, kajian yang dilakukan Perumda PAM Jaya dapat cepat dituntaskan agar rencana tersebut dapat segera diimplementasikan.
“Kalau ini sudah digunakan di negara-negara lain, tentu ini bukan proyek coba-coba untuk menghadirkan kemanfaatan bagi warga Kepulauan Seribu,” ujarnya.