Pengamat: Budi Arie Pilih Gerindra karena Jokowi Tak Lagi Berkuasa, PSI Tidak Menjamin Perlindungan Politik dan Hukum

Intime – Ketua Umum relawan Projo, Budi Arie Setiadi, menyatakan siap bergabung dengan Partai Gerindra setelah tidak lagi menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo).

Keputusan ini dinilai lebih realistis ketimbang bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang kerap dikaitkan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan putranya, Gibran Rakabuming Raka.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai langkah politik Budi Arie menunjukkan bahwa daya tarik Jokowi sudah tidak lagi kuat di mata para politisi pragmatis.

Ia menyebut, keputusan Budi memilih Gerindra menunjukkan bahwa loyalitas terhadap Jokowi tidak lagi menjadi faktor utama.

“Jokowi sendiri tidak lagi menarik karena bukan penguasa, posisi Gibran (Gibran Rakabuming Raka) juga tidak berpengaruh, ini juga yang membuat PSI tidak cukup menarik bagi politisi pragmatis seperti Budi Arie, loyalitasnya bukan faktor Jokowi, melainkan soal untung rugi,” kata Dedi di Jakarta, Minggu (2/11).

Menurut Dedi, Budi Arie melihat PSI tidak memiliki daya tawar politik yang kuat, baik di parlemen maupun dalam pemerintahan. Sebaliknya, Partai Gerindra sebagai partai penguasa saat ini dinilai lebih mampu memberikan perlindungan politik dan memperpanjang karier kekuasaan seseorang.

“Dari sisi politik, langkah Budi Arie bergabung ke Gerindra bersifat pragmatis, bukan ideologis. Ia mempertimbangkan faktor perlindungan hukum dan politik yang hanya bisa diberikan oleh partai penguasa seperti Gerindra,” ujarnya.

Dedi juga menilai keputusan Budi Arie tidak lepas dari kebutuhan akan jaminan hukum di tengah sejumlah isu yang sempat menyeret namanya. Ia menyebut, bergabung ke partai penguasa dapat menjadi “suaka politik” bagi figur seperti Budi.

“Dengan bergabung ke PSI, Budi Arie tidak memiliki perlindungan apa pun. Tetapi Gerindra tentu berbeda karena partai penguasa. Jadi alasan memilih Gerindra lebih pada soal perlindungan hukum dan posisi politik,” jelasnya.

Lebih lanjut, Dedi menilai PSI masih belum mampu menawarkan jaminan politik bagi para tokoh yang ingin mempertahankan eksistensi mereka di pemerintahan.

“PSI saat ini masih belum punya kekuatan politik yang bisa menjamin karier seseorang. Bagi tokoh-tokoh seperti Budi Arie yang terbiasa dekat dengan kekuasaan, tentu bergabung ke Gerindra jauh lebih menguntungkan,” tambahnya.

Sebelumnya, Budi Arie secara terbuka menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan Partai Gerindra dalam Kongres III Projo yang digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu (1/11).

“Ya secepatnya (gabung Gerindra),” kata Budi Arie di sela-sela acara tersebut.

Budi Arie diketahui merupakan salah satu loyalis Jokowi sejak awal masa kampanye Pilpres 2014.

Ia mendirikan relawan Projo dan berperan penting dalam memenangkan Jokowi di dua pemilihan presiden. Namun, usai pemerintahan berganti ke Prabowo Subianto, langkah Budi Arie bergabung ke Gerindra disebut-sebut sebagai upaya menjaga eksistensinya di lingkar kekuasaan baru.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini