Pengamat Nilai Penggunaan Istilah Hopeng oleh Prabowo Sebagai Hal Wajar dan Simbol Kedekatan dengan Jokowi

Intime – Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai penggunaan kata hopeng oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai hal yang wajar dan tidak perlu dipersoalkan.

Menurutnya, istilah tersebut justru menggambarkan kedekatan personal Prabowo dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dalam konteks yang bersahabat.

“Penggunaan kata hopeng oleh Presiden Prabowo merupakan hal yang wajar. Selain karena beliau juga memiliki darah Tionghoa, ekonomi Indonesia pun banyak ditopang oleh komunitas Tionghoa,” ujar Dedi kepada awak media di Jakarta, Minggu (9/11).

Dedi menilai tidak ada yang salah dengan pilihan kata itu, mengingat hopeng secara etimologis berasal dari bahasa Hokkien hao pengyou, yang berarti “sahabat baik.” Dalam konteks budaya Tionghoa-Peranakan di Indonesia, istilah ini sering digunakan untuk menyebut hubungan yang akrab dan saling percaya.

“Sehingga bukan persoalan besar terkait istilah tersebut,” tambah Dedi.

Lebih jauh, Dedi menilai penggunaan kata hopeng juga memiliki dimensi komunikasi politik yang lebih luas. Menurutnya, pernyataan Prabowo dapat dibaca sebagai upaya untuk meredam sensitivitas publik terhadap isu-isu yang belakangan ini dikaitkan dengan identitas Tionghoa atau China.

“Kata hopeng itu diperlukan untuk meredam wacana publik yang seolah-olah hari-hari ini sedikit sensitif dengan nuansa identitas Tionghoa atau China,” kata Dedi.

Ia menyinggung bahwa isu yang berkaitan dengan Tionghoa kembali muncul ke permukaan seiring meningkatnya sorotan publik terhadap persoalan ekonomi nasional dan investasi asing, termasuk proyek kereta cepat Whoosh yang melibatkan China.

“Soal Whoosh yang jelas libatkan China dan sedang dalam sorotan publik,” ujarnya.

Sebelumnya, pada 6 November 2025, Presiden Prabowo menarik perhatian publik ketika menyebut kata hopeng saat meresmikan Pabrik Lotte Chemical Indonesia di Cilegon, Banten. Dalam suasana santai, Prabowo mengatakan, “Aku hopeng sama beliau, kok takut,” merujuk pada kedekatannya dengan Jokowi.

Ungkapan itu seketika viral, bukan karena konteks politiknya, melainkan karena penggunaan kata hopeng yang jarang terdengar dari seorang kepala negara. Bagi Dedi, pilihan bahasa Prabowo itu mencerminkan karakter komunikatif dan inklusif.

“Prabowo tampak ingin menunjukkan bahwa ia dekat dengan semua kalangan, termasuk komunitas Tionghoa, sekaligus mengirim pesan persahabatan politik,” tutup Dedi.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini