Intime – Pengamat pangan Nur Jafar Marpaung mengusulkan agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi prioritas Presiden Prabowo Subianto dikelola langsung oleh kantin sekolah.
Usulan ini disampaikan Nur Fajar menyusul kasus dugaan keracunan makanan di beberapa daerah penerima program.
“Harusnya jangan hanya dasar programnya, tapi praktik-praktik cara menjalankannya juga harus diperhatikan. Di negara maju, MBG dilakukan lewat kantin sekolah. Cara ini lebih baik dibanding sistem yang diterapkan di Indonesia saat ini,” ujar Nur Jafar, Rabu (8/10).
Ia menilai, jika dikelola oleh kantin, makanan akan lebih segar, higienis, dan terkontrol. Sekolah juga bisa bekerja sama dengan komite sekolah untuk memastikan pengelolaan berjalan baik.
Selain itu, bahan pangan bisa disuplai dari UMKM sekitar sekolah sehingga ekonomi lokal ikut bergerak.
“Dengan begitu sekolah bisa dapat dana utuh Rp 15 ribu per porsi, bukan hanya Rp 7 ribu seperti sekarang,” ujarnya.
Nur Jafar menambahkan, bila pengelolaan oleh kantin tidak memungkinkan, dana bisa diberikan langsung kepada siswa untuk dikelola orang tua.
Sistem ini, kata dia, bisa meniru mekanisme penyaluran KIP atau BOS.
Menurutnya, panjangnya rantai distribusi MBG melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) justru membuka peluang praktik rente.
“Program Makan Bergizi Gratis malah bisa jadi ‘Makar Bergizi Gratis’ bagi pengusaha besar karena mereka dapat untung besar tanpa kerja nyata,” katanya.
Nur Jafar memperkirakan margin keuntungan mencapai Rp 33,3 triliun secara nasional.
Ia pun mendesak pemerintah memperpendek rantai distribusi MBG agar program benar-benar berpihak pada siswa, bukan pengusaha.