Pengamat Yakini Sosok Mister “J” di PSI adalah Jokowi, Tapi Ragukan Partai Lolos ke Parlemen 2029

Intime – Teka-teki mengenai sosok berinisial “J” yang akan menduduki posisi Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi perbincangan hangat.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Iwan Setiawan, meyakini sosok tersebut tidak lain adalah mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Saya yakin, yang dimaksud sebagai sosok Mister ‘J’ yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina PSI adalah mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi),” kata Iwan di Jakarta, Minggu (28/9).

Iwan menyayangkan langkah PSI yang masih membuat gimik atau permainan tebak-tebakan soal inisial tersebut, sebab menurutnya, publik sudah dapat menebak dengan mudah.

“Mestinya tidak usah dibuat gimmick lagi, langsung diumumkan saja. Publik juga sudah bisa menebak soal ini,” tegas Iwan.

Iwan Setiawan memaparkan empat argumentasi utama mengapa Jokowi perlu dan akan menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina PSI:

1. Menunaikan Janji Politik dan Jaga Eksistensi

Jokowi telah mendeklarasikan diri akan bekerja keras untuk PSI agar bisa lolos ke parlemen di Senayan. Ini menunjukkan bahwa Jokowi tidak akan sepenuhnya beristirahat setelah pensiun dari jabatan Presiden.

2. Menggendong Kaesang yang Minim Pengalaman

Dengan Kaesang Pangarep menjabat sebagai Ketua Umum, Iwan menilai Jokowi harus berperan langsung. Menurutnya, Kaesang masih terlalu muda, minim pengalaman politik, dan secara kapasitas belum memadai untuk mengamankan target berat PSI masuk parlemen pada Pileg 2029.

3. Menjaga Anak dan Menantu di Kancah Politik

Jokowi, menurut Iwan, juga perlu secara langsung menjaga anak dan menantunya, yakni Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan Gubernur Sumatra Utara Bobby Nasution.

“Mereka berdua ini masih belum bisa dilepas oleh Jokowi untuk berpetualang sendiri di hutan rimba perpolitikan Indonesia,” papar Iwan.

4. Mempertahankan Kekuatan Tawar (Bargaining Power)

Keberadaan Jokowi di PSI akan menjaga eksistensi politiknya, terutama terkait kekuatan tawar (bargaining) agar orang-orang kepercayaannya yang saat ini berada di kabinet tetap terjaga.

“Jokowi harus tetap eksis di kancah politik nasional demi menjaga anak dan menantunya,” tandas Iwan.

Meski demikian, Iwan Setiawan pesimistis PSI akan mudah masuk parlemen pada Pemilu 2029, bahkan berpotensi gagal lagi.

Ia mencontohkan, pada Pileg 2024, meskipun Jokowi masih powerful sebagai Presiden dan mendukung PSI, kenyataannya PSI tetap gagal lolos ambang batas parlemen.

“Jalan PSI untuk masuk Parlemen akan semakin berat, karena Jokowi bukan Presiden lagi. Kekuatan politik Jokowi juga perlahan semakin melemah,” tutur Iwan.

Ia menambahkan, masuknya tokoh nasional seperti Ahmad Ali (mantan politisi NasDem) ke PSI tidak serta merta menjadi jaminan.

“Ahmad Ali sendiri pada saat Pileg 2024 gagal, kemudian pada Pilkada juga tidak berhasil meraih suara terbanyak sebagai calon Gubernur Sulawesi Tengah,” pungkasnya.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini