Penolakan Kader Gerindra terhadap Budi Arie Dinilai Demi Jaga Idealisme dan Soliditas Partai

Intime – Rencana Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, untuk bergabung dengan Partai Gerindra menuai penolakan keras dari internal partai, terutama dari organisasi sayap pemuda Tunas Indonesia Raya (Tidar) dan sejumlah Dewan Pimpinan Cabang (DPC).

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, menilai gelombang penolakan itu merupakan hal yang wajar dan logis dalam konteks menjaga idealisme dan soliditas internal partai.

“Penolakan itu logis karena Tidar dan berbagai DPC ingin menjaga dan mempertahankan idealisme Gerindra. Untuk itu, Tidar dan DPC tidak ingin orang-orang oportunis seperti Budi Arie masuk begitu saja ke Gerindra,” ujar Jamiluddin di Jakarta, Rabu (12/11).

Menurutnya, sikap tegas yang ditunjukkan kader dan struktur partai di tingkat daerah merupakan bentuk kehati-hatian politik. Mereka menilai figur dengan rekam jejak pragmatis justru berpotensi mengganggu konsistensi nilai perjuangan Gerindra.

“Bagi Tidar dan DPC, orang oportunis bisa jadi dinilai dapat merusak soliditas dan kohesivitas Gerindra. Karena itu, lebih baik menolaknya agar keutuhan internal Gerindra dapat terjaga,” jelasnya.

Lebih jauh, Jamiluddin menilai penolakan tersebut juga muncul karena sebagian kader telah membaca motif politik di balik langkah Budi Arie. Ia menduga keinginan Budi Arie untuk bergabung bukan murni atas dasar ideologis, melainkan memiliki dimensi strategis yang terkait dengan kepentingan politik tertentu.

“Tidar dan DPC bisa saja sudah membaca motif Budi Arie ingin bergabung ke Gerindra. Secara politis, Budi Arie sengaja masuk ke Gerindra karena permintaan Joko Widodo. Ia diperlukan untuk memperkuat dan mensukseskan pasangan Prabowo–Gibran,” kata Jamiluddin.

Sebelumnya, sinyal merapatnya Budi Arie ke Partai Gerindra disampaikan langsung saat pidato pembukaan Kongres III Projo di Jakarta, Sabtu (1/11). Dalam pidatonya di hadapan ribuan kader, Budi Arie menyatakan keinginan untuk memperkuat dukungan politik terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Pernyataan tersebut kemudian memicu gelombang penolakan di internal Gerindra. Sejumlah pengurus Tidar dan DPC secara terbuka menyatakan keberatan jika mantan Menteri Komunikasi dan Informatika itu bergabung tanpa proses dan pertimbangan yang matang.

Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pimpinan DPP Gerindra mengenai respons terhadap sinyal Budi Arie tersebut. Namun, dinamika yang terjadi menunjukkan adanya sikap tegas sebagian kader untuk menjaga idealisme dan karakter perjuangan partai di tengah perubahan peta politik nasional.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini