Politisi Demokrat Sindir Rencana Perpanjang Rute Kereta Cepat ke Banyuwangi: Utangnya yang Ngebut, Bukan Relnya

Intime – Mantan Anggota DPR RI Didi Irawadi Syamsuddin menyoroti rencana pemerintah untuk memperpanjang jalur proyek kereta cepat hingga Banyuwangi. Ia menilai ambisi tersebut mencerminkan wajah pembangunan yang lebih menonjolkan pencitraan ketimbang kepentingan rakyat.

Menurut Didi, pembangunan di Indonesia kerap dipentaskan layaknya pertunjukan megah, lengkap dengan seremoni dan slogan kemajuan yang menyanjung kebanggaan bangsa, tetapi mengabaikan kenyataan di lapangan.

“Di negeri ini, pembangunan sering dipentaskan layaknya opera megah: penuh sorot lampu, petasan seremoni, serta jargon kemajuan yang dibungkus dengan kata kebanggaan bangsa. Lakon terbaru dalam episiode itu: ambisi melanjutkan rute kereta cepat hingga ke Banyuwangi,” ujar Didi dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (9/11).

Politisi Partai Demokrat ini mengingatkan bahwa di balik gemerlap proyek infrastruktur besar, masih banyak persoalan mendasar yang belum tersentuh. Didi mencontohkan kondisi sekolah di pedalaman Jawa Barat, di mana anak-anak setiap hari harus menyeberangi jembatan gantung rapuh untuk pergi belajar.

“Di sana anak-anak sekolah bukan berlari mengejar kereta, tapi menyusuri jembatan gantung rapuh, lantainya berlubang, talinya mulai lepas. Di negeri ambisi besar ini, keselamatan mereka bergantung pada papan reot yang tak pernah masuk prioritas APBN,” ungkapnya.

Didi juga menyoroti beban keuangan negara akibat proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) yang hingga kini masih menimbulkan persoalan fiskal. Ia menilai proyek yang dulu dijanjikan sebagai simbol kemajuan justru menjadi bom waktu ekonomi.

“Hutang kereta cepat Jakarta–Bandung saja belum lunas. Biayanya membengkak, pendapatan tidak menutup ongkos, dan ujung-ujungnya rakyat juga yang dipaksa membayar lewat anggaran negara,” kata Didi.

Ia mengkritik langkah Presiden Prabowo Subianto yang dianggap terlalu bersemangat melanjutkan proyek warisan pemerintahan sebelumnya tanpa evaluasi mendalam terhadap dampak fiskalnya.

“Alih-alih berani mengevaluasi warisan yang membebani, ia justru memutuskan untuk memperbesar lubang hutang dengan mimpi baru: kereta cepat ke Banyuwangi,” tegasnya.

Didi menutup pernyataannya dengan pesan reflektif: pembangunan sejati bukan diukur dari kecepatan rel baja membelah pulau, tetapi dari kokohnya jembatan kecil yang masih dipijak anak-anak desa.

“Untuk apa pujian dunia jika rakyat sendiri merasa ditinggalkan di pinggir rel? Mungkin di negeri ini, yang benar-benar cepat bukan keretanya, melainkan hutang yang berlari lintas generasi,” pungkasnya.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini