Intime – Direktur Politic and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie menilai banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat merupakan cerminan nyata dari kesalahan manusia akibat keserakahan dalam mengelola lingkungan.
Ia menegaskan, kerusakan hutan dan maraknya aktivitas tambang menjadi faktor utama dari bencana yang menewaskan ratusan warga tersebut.
“Beginilah kalau alam murka terhadap umatnya. Faktor utamanya tak lain adalah pembabatan hutan dan menggunduli hutan lindung. Semua akibat tambang tanpa memikirkan dampak buruknya,” ujar Jerry, Senin (1/12).
Jerry menuntut Presiden Prabowo Subianto untuk mencopot Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni serta Kepala BNPB Suharyanto. Keduanya dinilai tak mampu memperbaiki sistem pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana meski sudah satu tahun menjabat.
Menurutnya, Indonesia kini menjadi salah satu negara dengan tingkat kerusakan hutan terbesar di dunia. Ia menyebut dalam dua dekade terakhir sekitar 10,5 juta hektare hutan hilang akibat pembalakan liar dan eksploitasi sumber daya alam.
“Yang aneh, Kemenhut terkesan menutup persoalan pembalakan liar dengan alasan menunggu investigasi pascabanjir. Ada dugaan mereka cuci tangan dan enggan bertanggung jawab,” tegasnya.
Jerry juga menyinggung pernyataan Kepala BNPB Suharyanto yang menyebut banjir dan longsor di Sumatera hanya heboh di media sosial. Menurutnya, komentar tersebut tidak menunjukkan empati terhadap korban.
“Dia ini buta hati atau apa? Korban tewas mencapai 442 orang dan 402 lainnya hilang. Apakah itu dianggap biasa saja?” ujarnya.
Ia berharap Presiden Prabowo melakukan evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme pengelolaan dan perizinan sektor kehutanan, termasuk menempatkan sosok yang kompeten pada posisi strategis.
“Duduk menjabat itu bukan sekadar menghadiri acara. Harus melihat apa yang salah agar bencana tidak berulang,” pungkas Jerry

