Intime – Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Karawang, Adin Jaelani menyoroti ramainya pemberitaan mengenai kasus Anita yang bermula dari hilangnya sebuah tumbler namun kemudian berubah menjadi perbincangan nasional.
Menurut Adin, fenomena tersebut menunjukkan bagaimana era digital dapat membesar-besarkan sesuatu yang sejatinya sederhana.
“Kasus Anita yang ramai hanya berawal dari sebuah tumbler yang hilang. Sebuah kekhilafan kecil tiba-tiba berubah menjadi percakapan nasional. Begitulah era digital bekerja apa yang sederhana bisa membesar, apa yang terlupa bisa menjadi sorotan se-Indonesia,” ujar Adin dalam keterangannya, Sabtu (29/11).
Ia mengingatkan bahwa di balik riuhnya perdebatan publik di media sosial, ada individu yang memiliki keluarga, pekerjaan, dan nama baik. Reaksi berlebihan masyarakat, kata Adin, dapat mengguncang perasaan seseorang bahkan berpotensi mengubah hidupnya hanya karena satu momen tergesa.
“Di balik riuhnya dunia maya, ada manusia yang punya keluarga, pekerjaan, dan nama baik. Ada perasaan yang mungkin terguncang, dan ada hidup yang bisa berubah hanya karena satu momen tergesa,” imbuhnya.
Adin menilai peristiwa ini seharusnya menjadi pengingat bagi masyarakat untuk tidak mudah terpancing emosi atau ikut memperuncing masalah, terutama ketika informasi yang beredar belum lengkap. Menurutnya, hidup memberikan ruang bagi setiap orang untuk saling memahami dan bersabar.
“Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa hidup selalu memberi ruang untuk sabar, bahwa tidak semua hal layak dibalas dengan amarah, dan tidak semua kesalahan pantas dibesarkan,” ujarnya.
Ia menegaskan sabar adalah akhlak yang diajarkan sejak masa para nabi, bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan batin yang menjaga seseorang tetap jernih dalam menilai sebuah situasi.
“Sabar menjaga kita dari tergesa-gesa, dari menghukum tanpa tahu cerita, dan dari menyakiti sesama hanya karena satu kekhilafan kecil. Dalam hiruk-pikuk digital yang serba cepat, mungkin justru sabarlah yang paling kita butuhkan,” tutup Adin.

