Intime – Regene Genomics menegaskan komitmennya dalam mendukung lahirnya generasi muda yang melek sains melalui partisipasi aktif dalam Olimpiade Genomik Indonesia (OGI) 2025.
Sebagai bentuk dukungan, Regene tidak hanya menyediakan materi pembelajaran yang berbobot dan inklusif, tetapi juga membuka kesempatan bagi 63 finalis OGI 2025 untuk mengunjungi laboratoriumnya di Jakarta. Dalam kunjungan tersebut, para peserta dapat menyaksikan langsung proses ekstraksi DNA serta berdiskusi dengan para pakar genetika.
Head of Laboratory Regene Genomics, Siti Fathurrohmah mengungkapkan antusiasme para peserta sangat tinggi.
“Banyak yang bertanya hingga detail teknis. Bahkan ada siswa SD yang penasaran mencoba mikropipet—alat yang baru saya kenal ketika kuliah. Itu pengalaman berharga, sekaligus menantang untuk menjelaskan genomik dengan bahasa sederhana,” ujarnya.
Melalui inisiatif Regene Academy, perusahaan ini berupaya menjembatani ilmu genomik agar lebih mudah dipahami oleh anak-anak, guru, maupun orang tua. Visi tersebut sejalan dengan misi Regene untuk melahirkan generasi yang mampu berkontribusi pada bidang kesehatan, pertanian, hingga pelestarian hayati.
CEO Regene Genomics, Vichi Lestari menambahkan, teknologi mutakhir yang dimiliki perusahaan menjadi fondasi penting dalam menghadirkan layanan kesehatan presisi.
“Dengan teknologi canggih dari Illumina seperti Microarray, Miseq, dan Novaseq, laboratorium kami mampu membaca hingga 31 juta penanda genetik dengan presisi tinggi,” ungkapnya.
Salah satu inovasi unggulan Regene adalah Polygenic Risk Scores (PRS) yang mampu memprediksi risiko penyakit kronis dengan akurasi hingga 99,98%. Teknologi ini diharapkan dapat memberi manfaat besar, baik untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit.
Regene Genomics juga diperkuat oleh jajaran pakar lintas bidang, termasuk Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D., SpMK(K), mantan Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, yang dikenal luas atas kontribusinya dalam riset penyakit infeksi.
Kehadirannya, bersama tim ilmuwan muda seperti Siti Fathurrohmah dan Valerie Emily, semakin menegaskan posisi Regene sebagai pusat riset genomik berstandar internasional.
Melalui kolaborasi dengan Indonesia Mengajar, Regene berupaya memastikan lebih banyak anak Indonesia dapat mengakses pengetahuan genomik sejak dini.
“Ilmu genomik tidak boleh hanya berhenti di laboratorium. Ia harus bisa dipahami, menginspirasi, dan membuka peluang bagi generasi muda untuk berkontribusi,” tegas Vichi.
Dengan semangat tersebut, Regene Genomics berkomitmen untuk terus menjadi pionir layanan genetika modern di Indonesia, menghadirkan teknologi mutakhir sekaligus menyiapkan masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Regene Genomics menegaskan komitmennya dalam mendukung lahirnya generasi muda yang melek sains melalui partisipasi aktif dalam Olimpiade Genomik Indonesia (OGI) 2025.
Sebagai bentuk dukungan, Regene tidak hanya menyediakan materi pembelajaran yang berbobot dan inklusif, tetapi juga membuka kesempatan bagi 63 finalis OGI 2025 untuk mengunjungi laboratoriumnya di Jakarta. Dalam kunjungan tersebut, para peserta dapat menyaksikan langsung proses ekstraksi DNA serta berdiskusi dengan para pakar genetika.
Head of Laboratory Regene Genomics, Siti Fathurrohmah mengungkapkan antusiasme para peserta sangat tinggi.
“Banyak yang bertanya hingga detail teknis. Bahkan ada siswa SD yang penasaran mencoba mikropipet—alat yang baru saya kenal ketika kuliah. Itu pengalaman berharga, sekaligus menantang untuk menjelaskan genomik dengan bahasa sederhana,” ujarnya.
Melalui inisiatif Regene Academy, perusahaan ini berupaya menjembatani ilmu genomik agar lebih mudah dipahami oleh anak-anak, guru, maupun orang tua. Visi tersebut sejalan dengan misi Regene untuk melahirkan generasi yang mampu berkontribusi pada bidang kesehatan, pertanian, hingga pelestarian hayati.
CEO Regene Genomics, Vichi Lestari menambahkan, teknologi mutakhir yang dimiliki perusahaan menjadi fondasi penting dalam menghadirkan layanan kesehatan presisi.
“Dengan teknologi canggih dari Illumina seperti Microarray, Miseq, dan Novaseq, laboratorium kami mampu membaca hingga 31 juta penanda genetik dengan presisi tinggi,” ungkapnya.
Salah satu inovasi unggulan Regene adalah Polygenic Risk Scores (PRS) yang mampu memprediksi risiko penyakit kronis dengan akurasi hingga 99,98%. Teknologi ini diharapkan dapat memberi manfaat besar, baik untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit.
Regene Genomics juga diperkuat oleh jajaran pakar lintas bidang, termasuk Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D., SpMK(K), mantan Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, yang dikenal luas atas kontribusinya dalam riset penyakit infeksi.
Kehadirannya, bersama tim ilmuwan muda seperti Siti Fathurrohmah dan Valerie Emily, semakin menegaskan posisi Regene sebagai pusat riset genomik berstandar internasional.
Melalui kolaborasi dengan Indonesia Mengajar, Regene berupaya memastikan lebih banyak anak Indonesia dapat mengakses pengetahuan genomik sejak dini.
“Ilmu genomik tidak boleh hanya berhenti di laboratorium. Ia harus bisa dipahami, menginspirasi, dan membuka peluang bagi generasi muda untuk berkontribusi,” tegas Vichi.
Dengan semangat tersebut, Regene Genomics berkomitmen untuk terus menjadi pionir layanan genetika modern di Indonesia, menghadirkan teknologi mutakhir sekaligus menyiapkan masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

