Rocky Gerung: Komunikasi Politik Presiden Prabowo Bermasalah

Intime – Pengamat politik Rocky Gerung menilai terdapat persoalan dalam komunikasi politik Presiden Prabowo Subianto, terutama dalam menyikapi kritik publik. Menurut Rocky, kritik merupakan hal yang wajar dan esensial dalam negara demokrasi, sehingga tidak semestinya dipandang secara negatif oleh kepala negara.

Rocky menyoroti pernyataan Presiden Prabowo yang belakangan mengkritik para pengkritik pemerintah. Dalam pernyataannya, Prabowo menyebut banyak orang pintar yang hanya bisa berbicara dan menjadi pengkritik pemerintah. Pernyataan tersebut, menurut Rocky, menunjukkan sensitivitas berlebihan terhadap kelompok masyarakat kritis.

“Kami ini adalah orang-orang yang berpikir, memang itu yang kami pilih. Tetapi kelihatannya Presiden Prabowo agak peka dengan orang-orang yang berpikir,” kata Rocky dalam akun Youtubenya, Rabu (17/12).

Ia menilai narasi yang disampaikan Presiden berpotensi menimbulkan tafsir keliru di ruang publik. Rocky menyebut, jika orang-orang pintar justru diposisikan sebagai pengkritik semata, maka secara logika dapat muncul anggapan bahwa mereka yang berada di dalam pemerintahan adalah pihak yang tidak kritis atau tidak berpikir.

“Banyak orang pintar tapi jadi pengkritik pemerintah. Nadanya sinis. Artinya, yang dikumpulkan dalam pemerintah orang bodoh dong, orang dungu. Kan logikanya begitu,” ujar Rocky.

Menurut Rocky, persoalan tersebut berakar pada kekeliruan dalam membedakan makna “orang pintar yang berbicara” dengan “pintar berbicara”.

Ia menegaskan bahwa orang pintar yang berbicara dalam konteks demokrasi adalah mereka yang menyampaikan kritik sebagai bentuk kepedulian terhadap jalannya pemerintahan.

“Kecuali yang dimaksudkan Pak Prabowo adalah banyak orang pintar ngomong. Pintar ngomong lain dengan orang pintar yang ngomong,” ucapnya.

Rocky menjelaskan, orang pintar yang berbicara bertujuan memberikan kritik dan masukan substantif demi perbaikan kebijakan. Sementara itu, orang yang sekadar pintar berbicara tanpa substansi, menurutnya, lebih tepat disebut sebagai buzzer atau pendengung politik.

“Itu bedanya, Pak Presiden,” kata Rocky.

Rocky pun mengingatkan bahwa komunikasi politik seorang presiden memiliki dampak luas terhadap iklim demokrasi. Oleh karena itu, ia menilai penting bagi Presiden Prabowo untuk merespons kritik secara lebih terbuka dan proporsional agar ruang demokrasi tetap terjaga dan sehat.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini