Romo Magnis: Soeharto Tak Layak Jadi Pahlawan Nasional, Terlalu Banyak Dosa Sejarah

Intime – Rohaniwan Katolik Romo Frans Magnis Suseno menolak usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto.

Menurutnya, meski Soeharto memiliki sejumlah jasa besar bagi bangsa, rekam jejak pelanggaran HAM dan praktik korupsi yang terjadi di masa pemerintahannya membuatnya tidak pantas menyandang gelar tersebut.

“Tidak disangka sama sekali bahwa Soeharto adalah seorang presiden yang hebat, yang membawa Indonesia keluar dari krisis komunisme di tahun-tahun terakhir demokrasi terpimpin. Meskipun orang kaya makin kaya, orang miskin juga jadi lebih baik,” kata Romo Magnis dalam keterangannya, Kamis (6/11).

Ia juga mengakui bahwa Soeharto berperan penting dalam membangun posisi Indonesia di kancah internasional, terutama melalui kebijakan luar negeri yang lebih moderat.

“Soeharto sejak awal menolak konfrontasi dengan Malaysia dan justru membawa Indonesia menjadi bagian dari ASEAN. Jadi jasanya tidak perlu disangkal,” ujarnya.

Namun, Romo Magnis menegaskan bahwa seorang pahlawan nasional dituntut memiliki integritas moral yang tinggi dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam hal ini, menurutnya, Soeharto justru menjadi sosok yang paling bertanggung jawab atas berbagai pelanggaran berat sepanjang masa kekuasaannya.

“Tidak bisa disangkal, bahwa Soeharto yang paling bertanggung jawab atas satu dari lima genosida terbesar umat manusia di paruh kedua abad ke-20 yaitu pembunuhan massal setelah tahun 1965–1966, yang menewaskan antara 800 ribu hingga, menurut Sarwo Edhie yang sangat aktif, tiga juta orang. Mengerikan sekali,” tegasnya.

Selain pelanggaran HAM berat, Romo Magnis juga menyinggung praktik korupsi besar-besaran yang dilakukan Soeharto dan kroninya selama Orde Baru.

“Salah satu alasan mengapa Soeharto tidak boleh menjadi pahlawan adalah karena dia melakukan korupsi besar-besaran. Dia memperkaya keluarga, orang-orang dekatnya, dan dirinya sendiri. Itu bukan perilaku seorang pahlawan nasional,” ujarnya.

Romo Magnis menegaskan, seorang pahlawan nasional seharusnya berjuang tanpa pamrih dan tidak menggunakan kekuasaan untuk keuntungan pribadi.

“Dari seorang pahlawan nasional diharapkan bahwa ia tanpa pamrih memajukan bangsa, tidak mau beruntung sendiri. Bagi saya, ini alasan yang sangat kuat bahwa Soeharto jangan dijadikan pahlawan nasional,” pungkasnya.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini