Tangan Dingin Mohamad Taufik dan Jalan Politik

Tangan dingin Mohamad Taufik sudah dirasakan Partai Gerindra, Joko Widodo (Jokowi)-Basuki T. Purnama (Ahok), Anies-Sandi, dan banyak lagi. Dia merupakan peracik strategi politik ulung di Jakarta.

———

Nama Mohamad Taufik bukanlah nama asing dalam jagat politik ibu kota. Ia mencitrakan diri sebagai personal dengan cita rasa khas politikus Jakarta. 

Pria Kelahiran Jakarta 3 Januari 1957 itu dikenal humble dan hangat dengan semua kalangan. Setidaknya kesan itu yang diucapkan orang-orang terdekatnya. Politik telah menjadi jalan hidup dan pilihannya sejak muda. 

Ketertarikannya pada dunia politik sudah ia tunjukan saat bergabung dalam Serikat Pekerja Maritim Indonesia tahun 2003-2006.

Di sana, ia aktif mengadvokasi isu-isu perburuhan sektor maritim. Ia juga menghadapi dinamika dan dialektika dunia aktivis. 

Mantan Ketua KPU DKI itu, banyak bersinggungan dengan kelompok kepentingan lain. Semua proses itu berjalan mengalir dan ditekuninya dengan tenang walau ombak besar menghantamnya.

Dinamika panjang yang dia hadapi mendidiknya menjadi pribadi yang semakin matang dan tenang. Karenanya, tak berlebihan bila mantan Aktivi HMI Cabang Jakarta itu punya prinsip sendiri. 

“Mengalir seperti air, tapi jangan seperti air bah dan jalani proses ini. Karena tidak asa yang sim salabim atau Jini Oh Jini”. Prinsip itu lahir dari dialektika perjalanan hidupnya yang dinamis dan terbuka. 

Sehingga ia bisa masuk dan diterima oleh orang lain yang boleh jadi berseberangan pemikiran dengannya. Baik kawan maupun lawan. Apalagi dia memiliki adagium dalam politik: “semua kawan dalam politik”. 

Pada paruh 2009, Taufik akhirnya bergabung dengan Partai Gerindra. Partai yang kelahirannya dibidani Prabowo Subianto dan Hasyim Djoyohadikusumo itu sukses dia besarkan di Ibu kota. Hal itu, terlihat dari raihan perolehan kursi Partai Gerindra pada Tahun 2009. 

Saat itu, Partai Gerindra sukses mengantarkan  enam orang duduk sebagai anggota DPRD DKI terpilih. Jumlahnya bertambah pada 2014 dengan mengutus 15 orang sebagai anggota DPRD terpilih hasil Pemilihan Legislatif (Pileg). Tahun 2019, jumlah kursi di DPRD DKI meningkat lagi menjadi 19 kursi.

Catatan itu tentu menjadi sukses story dalam perjalanan politik Partai Gerindra di Jakarta. Pun jadi catatan prestasi terbaik Taufik selama memimpin Partai Gerindra di Ibu kota. Bg MT sangat identik dengan partai berlambang burung garuda. 

Tak bisa dipungkiri oleh siapa pun. Dia lah yang besarkan Gerindar di Jakarta. Ini tidak bisa dibantah.

Di DPRD DKI, namanya lebih familiar dengan sebutan Bang MT. Ia banyak menghiasi pemberitaan karena pikiran-pikirannya yang dia yakini kebenarannya. Pada waktu tertentu ia tampil dominan sebagai politisi ulung. Misalnya saat ia sukses menggalang kekuatan tujuh fraksi minus PDIP dan PSI di DPRD DKI Jakarta. 

Ia mengonsolidasikan kekuatan tujuh fraksi di DPRD DKI untuk menghadang manuver interpelasi yang digagas duet Fraksi PDIP dan PSI. Taufik sukses. Interpelasi kegiatan berskala internasional Formula E layu sebelum berkembang. Tujuh fraksi itu kompak menolak interpelasi dan mengandaskan upaya interpelasi. Lagi-lagi ia membuktikan diri sebagai politisi ulung. 

Jauh sebelum itu, Taufik juga sukses besar mengantarkan duet Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memenangi Pilgub DKI tahun 2012. Duet yang sama sekali asing di telinga publik Ibukota saat itu. Bahkan, di awal-awal kemunculan, keduanya diprediksi hanya sebagai underdog, juru kunci dalam kasta perolehan suara Pilgub DKI. Tapi, Taufik bukan membungkam ramalan itu. 

Racikan tangan dinginnya memenage strategi pemenangan akhirnya membalikan keadaan. Ia sukses mendongkel incumbent Gubernur DKI Jakarta saat itu Fauzi Bowo melalui pertarungan sengit di putaran kedua Pilgub DKI. Duet Jokowi-Ahok yang diusung poros koalisi PDIP-Gerindra itu akhirnya sukses melanggeng mulus ke kursi Gubernur DKI Jakarta. 

Waktu terus bergulir. Arah angin politik pada Pilkada DKI tahun 2017 berubah. Kali ini, ia tak lagi menjagokan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung poros PDIP. Ia tak lagi mengusung Ahok yang maju sebagai calon gubernur DKI saat itu. 

Taufik justru memilih menjadi salah satu peracik pemenangan pasangan Anies Baswedan- Sandiaga S. Uno. Duet yang digawangi poros Gerindra-PKS itu sejak awal kurang diperhitungkan. Lembaga-lembaga survei saat itu mencatatkan keunggulan Ahok di atas kertas. Tapi, bukan Taufik namanya kalau tidak tenang dan dingin. 

Lewat pertarungan politik yang cenderung keras, Taufik secara ciamik mendeterminasi pesan politik Anies-Sandi dengan baik. Itu menjadi salah satu faktor penting diterimanya Anies-Sandi di publik Jakarta yang menginginkan sosok lain yang berbeda dengan Ahok. 

Pada akhirnya, duet pendatang baru Anies-Sandi sukses menjungkalkan Ahok dari kursi orang nomor satu di Jakarta. Ahok tak bisa melanggeng ke periode kedua jabatan politiknya di Jakarta. Ahok kandas. Anies Baswedan mendulang suara mayoritas dengan selisih yang sangat fantastis. Dan lagi-lagi Taufik menjadi salah satu person yang ada dibalik itu semua. 

Kini, pria yang dikenal sebagai pribadi yang tenang menghadapi setiap tekanan itu seolah berada di persimpangan. Namanya mencuat setelah berembus kabar tak sedap. Ia akan direshuffle. Posisinya sebagai Wakil Ketua DPRD DKI periode 2019-2024 bakal segera dilucuti. 

Kabar yang beredar menyebutkan, pencopotan Taufik merupakan buntut dari sikap politiknya pada isu Pilgub DKI tahun 2024 maupun Pilpres 2024. Mantan Ketua DPD Partai Gerindra itu disebut-sebut menginginkan figur lain yang diusung di Pilgub DKI maupun Pilpres 2024.

Tetapi Taufik tak pernah mengungkap ke publik. Ia masih memilih untuk diam. Boleh jadi, ia menunggu momentum yang tepat untuk menjelaskan kepada publik. Fakta dibalik isu itu masih tertutup rapat. Belum ada yang bisa memastikan apa sebenarnya yang terjadi. Tetapi setidaknya kabar itu membuat panggung politik di ibukota beberapa hari belakangan ini menghangat. Taufik tetaplah sosok yang menarik diperbincangkan publik ibukota. Air mukanya yang datar membuatnya menjadi sulit ditebak. 

Ia benar-benar mempersonifikasi prinsip hidupnya menghadapi desas-desus yang berkembang. Ia tetap mengalir tak selayaknya air bah. Yang pasti, Taufik percaya betul bahwa “Hidup yang tidak dipertaruhkan, takan pernah dimenangkan”.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini